Berbeda dengan artikel ini. Sesuai dengan judulnya di atas, saya akan membahasa tentang tingkah mahasiswa Papua yang kadang menjilat kembali air ludahnya.
Woww.. ko bisa? Yuk... ikuti pembahasan berikut.
Kata OPM (Organisasi Papua Merdeka ) mungkin tidak asing ditelinga anda. Perjungan mereka dimulai pada tanggal 19 Desember 196I dan pada tahun 1969 nasib mereka telah dimanipulasi melalui Penentuan Pendapat Pakyat (PEPERA) oleh Pemerintah Indonesia dan Ameriaka. Semasa Papua dalam pemerintahan Indonesia sebelum reformasi, isu tuntutan kemerdekaan Papua benar-benar dibungkam rapat-rapat. Setelah reformasi demokrasi sedikit lebih tampak di Indonesia.
Seingat saya kata guru sejarah demokrasi di Indonesia berasaskan Pancasila dan menganut paham dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Naa.. Lalu apa masalah demokrasi dengan Mahasiswa Papua? Dan apa maksudnya Mahasiswa meminta merdeka dan Lulus Minta Money? kedua pertanyaan ini yang hendak saya bahas pada artkel ini.
Pertama saat ini jika pemerintah Indonesia bertanya kepada saya memilih merdeka atau tidak. Saya sebagai mahasiswa Papua dengan jujur akan menjawab SAYA MEMILIH MERDEKA. Saya memilih itu atas dasar beberapa alasan yang sangat mudah. Mau tahu (baca disini), (baca disini), (baca disini), selain itu (baca disni) dan bukan hanya itu saja tetapi masih banyak lagi persolan yang membuat saya memilih Papua harus lepas dari Indonesia.
Bukan hanya saya, saat ini meskipun hanya asumsi saya yakin 99% orang asli Papua sepaham dengan pernyataan saya di atas. Kok bisa? Mungkin anda bertanya hasil sekian persen itu dapatnya dari penelitian apa? atau hasil survei lembaga mana? Jawabannya simple.
Bukan hanya saya, saat ini meskipun hanya asumsi saya yakin 99% orang asli Papua sepaham dengan pernyataan saya di atas. Kok bisa? Mungkin anda bertanya hasil sekian persen itu dapatnya dari penelitian apa? atau hasil survei lembaga mana? Jawabannya simple.
"Hasil itu didapat dari Pemerintah Indonesia yang tidak pernah terbuka melaksanakan referendum bagi rakyat Papua secara demokratis"Selain itu menurut saya kedewasaan demokrasi suatu negara juga dapat dilihat dari seberapa besar negara itu terbuka, mau membuka diri serta berdiri atas nialai-nilai kemanusia yang dapat dihargai hak-haknya, bukan memelihara kebohongan dalam kebohongan.
Kedewasaan itu misalnya dapat dilihat dari langkah yang diambil pemerintah kerajaan Inggris yang memberi kesempatan kepada Skotlandia untuk referendum. Selain itu pemerintah Sudan yang memberi kesempatan kepada Sudan selatan dan masih banyak negara lainya.
Ringkasnya, saya asumsikan karena Negara mengetahui 99% orang Papua ingin merdeka maka negara tidak berani melaksanakan referendum bagi orang Papua. Ingin bukti, silahkan lakukan Referendum bagi orang Papua.. !!!!
Kedua tanpa anda sadari jawaban dari pernyataan saya "Saat mahasiswa Minta merdeka" telah terjawab pada pembahasan di atas. Mahasiswa paham mengapa mereka harus meminta Papua merdeka? Mahasiswa tahu apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu, apa yang diinginkan mayoritas orang Papua saat ini dan mereka setiap saat selalu berhadapan dengan realitas kehidupan masyarakat Papua di lapangan.
Hal ini dengan jelas menunjukan perbedaan besar antara mahasiswa dengan pemerintah. Perbedaannya adalah mahasiswa hidup dengan realitas sedangkan pemerintah menunggu data hasil survei dan penelitian di kursi sofa. Tindakan pemerintah ini memang terbilang lebih berintelek, tetapi pertanyaannya apa penelitian dan survei yang dilakukan tersebut bersifat objektif dan valid. Bukankah keilmihan itu dapat di manipulasi demi kepentingan politik suatu kelompok.
Hal ini dengan jelas menunjukan perbedaan besar antara mahasiswa dengan pemerintah. Perbedaannya adalah mahasiswa hidup dengan realitas sedangkan pemerintah menunggu data hasil survei dan penelitian di kursi sofa. Tindakan pemerintah ini memang terbilang lebih berintelek, tetapi pertanyaannya apa penelitian dan survei yang dilakukan tersebut bersifat objektif dan valid. Bukankah keilmihan itu dapat di manipulasi demi kepentingan politik suatu kelompok.
Lalu apa jawaban dari setelah lulus Mita Money?
Anda dan saya sepakat dalam sejarah perjungan suatu bangsa dibelahan dunia manapun tidak terlepas dari Yudas-Yudas yang menjual saudaranya sendiri atau lebih dikenal dengan sebutan pengkhianat. Bukan hanya itu, yang lebih kejinya lagi mereka bertindak sebagai binatang pamakan bangkai. Artinya dimana dan kapan isu Papua merdeka muncul mereka dengan cepat mencium itu dan memuaskan perut mereka, dalam artian isu Papua merdeka dimanfaatkan sebagai ladang pencari nafka.
Memanfaatkan isu Papua merdeka untuk mencari nafka. Isu tersebut digunakan untuk menakuti pemerintah Pusat. "Tipe generasi Papua bergelar "2M" adalah mereka yang saat mahasiswa berteriak meminta merdeka di jalan, tetapi setelah lulus jawaban mereka adalah "kalau tidak kasih Papua menuntut merdeka" Kata ini mereka gunakan untuk mengancam Negara demi memuaskan keinginan mereka.
Memanfaatkan isu Papua merdeka untuk mencari nafka. Isu tersebut digunakan untuk menakuti pemerintah Pusat. "Tipe generasi Papua bergelar "2M" adalah mereka yang saat mahasiswa berteriak meminta merdeka di jalan, tetapi setelah lulus jawaban mereka adalah "kalau tidak kasih Papua menuntut merdeka" Kata ini mereka gunakan untuk mengancam Negara demi memuaskan keinginan mereka.
"Mungkin benar kata orang bijak musuh terbesar dalam hidup adalah diri sendiri dan musu dalam selimut"Persolan ini kelihatannya biasa tapi jika diamati dengan saksama maka sangat konyol. Ya sangat konyol, karena mahasiswa yang dulu memegang Toa dan dengan gagah berani berorasi dihadapan jutaan pucuk senjata dan jebakan UU yang siap menjeratnya. Kini berbalik dan memohon kepada penjajah untuk jabatan dan Uang. Kini santai dengan sofa dan kaca gelap dan Menjilat kembali ludahnya. Sebut saja Nick Messet, Frans Albert Joku. Mereka ini bisa dikatakan para pendiri dan penggerak Perjungan OPM itu sendri, tapi dipengujung usia, mereka berbalik pada Nagara Ini.(baca disini)
Seanjutnya Nicolaas Jouwe, pemimpin Papua yang dulunya terpilih sebagai wakil presiden dari Dewan New Gueeinea. Jouwe adalah politisi Papua yang mendapat jabatan tertinggi dikoloni tersebut. Setelah koloni tersebut diserahkan ke UNTEA pada Oktober 1962 dan enam bulan kemudian diserahkan ke Indonesia. Jouwe meninggalkan Papua dan pergi ke Belanda di sana Ia menetap di kota Delft.
Dia bersumpah tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya jika masih diduduki oleh Indonesia, namun pada tahun 2010 Ia kembali ke Papua dan kembali menjadi WNI. Saat itupulah Jouwe yang awalnya pro-kemerdekaan Papua menjadi pro-Indonesia. Bukan hanya mereka bertiga, tetapi masih banyak generasi mudah Papua yang katanya menuntut merdeka tetapi setelah lulus kuliah mengalami hal serupa.
Dia bersumpah tidak akan pernah kembali ke tanah kelahirannya jika masih diduduki oleh Indonesia, namun pada tahun 2010 Ia kembali ke Papua dan kembali menjadi WNI. Saat itupulah Jouwe yang awalnya pro-kemerdekaan Papua menjadi pro-Indonesia. Bukan hanya mereka bertiga, tetapi masih banyak generasi mudah Papua yang katanya menuntut merdeka tetapi setelah lulus kuliah mengalami hal serupa.
Pertanyaannyakalau semua generasi mudah Papua seperti itu, siapa yang akan memerdekakan Papua?
Dengan demikian jika kita berangkat dari penomena kecil-kecilan seperti ini, maka tidak salah Pemerintah Indonesia sering mengaitkan dan berkesimpulan Isu kemerdekaan Papua timbul karena masalah kesenjangan diberbagai bidang, misalnya ekonomi, pendidikan, kesehatan dan dari sisi jabatan jarangnya ada orang Papua yang menduduki jabatan-jabatan yang besar di negara ini.
Singkatnya, negara ini berargumen masalah Papua adalah masalah kesejahteraan
Ya ...terutama saya sebagai generasi muda Papua kadang bingung melihat kondisi yang saat ini terjadi di Papua. Sebut saja slogan yang sering diucapkan akhir-akhir ini " Papua menipu Papua, Papua menipu pemeritah pusat dan pemeritah pusat menipu pemerintah pemerintah Daerah" akhirnya yang anda hanya saling menjatuhkan dan saling memanfaatkan.
Orang Papua : Kami minta MERDEKA!!
Indonesia : Yang anda minta kurang baik, sangat berbahaya, ini yang lebih baik karena kami telah pertimbangkan semuanya bawa ini, dikasilah OTSUS.
Orang Papua : OTSUS kurang baik, Kami minta Merdeka .
Indonesia : Ini ada yang lebih baik lagi ni, UP4B
Orang Papua : Bagaimana kalau OTSUS PLUS.
Indonesia : Kalau itu Negara rugi.
Orang Papua : Yoo kalau tidak Papua Merdeka!!
Negara : Oyah, Maaf lupa. Sabar ya, Kami pertimbangkan dulu!
Hahaaa.. aneh, sangat aneh. Pemerintah beranggapan mereka kasih OTSUS untuk Papua. Haha hanya orang sinting yang percaya argument klasik pemerintah itu. Mengapa? Dari percakapan sedehana diatas dapat kita ketahui bahwa, OTSUS dan UP4B bukanlah pemeberian Pemerintah Indonesia kepada orang Papua, tetapi upaya pemerintah Indonesia untuk menutupi tuntutan oramg Papua untuk merdeka.
"Jadi jika anda seorang politikus atau negarawan yang membaca arikel ini, stop bilang negara beri otsus, UP4B, dan triliyunan rupiah untuk orang Papua, karena jika Papua tidak menuntuk untuk merdeka maka nama-nama aneh sepertii otsus dan lainya tidak akan ada untuk orang Papua".
Selai itu baca juga Contoh analogi berikut.
Orang Papua minta daging diberi tulang oleh Negara. Kalau begini kapan selesainya? masa kita mau samakan daging sama tulang. Ketidak sesuaian itu membuat orang Papua terus meminta daging? Maaf di sini saya anggap negara ini tuli. Naa sekarang dagingnya Punya siapa? PUNYA ORANG PAPUA, terus mengapa daging itu tiba-tiba menjadi milik orang Indonesia dan mengapa Indonesia menjadi begitu tuli terhadap orang Papua? nahh.. kedua pertanyaan ini yang belum terjawab. Analogi Ini menunjukan bahwa persoalan Papua masih belum selesai.
Pertanyaan terbesar yang harus dijawab adalah semakin banyak generasi Papua yang waktu mahasiswa berdiri dengan gagah tanpa gentar meminta merdeka tetapi setelah lulus beralih profesi menjadi generasi "2 M". Saat mahasiswa minta MERDEKA lulus minta MONEY semakin besar dan kuat pulah pernyataan Negara bahwa Persolan Papua meminta merdeka karena masalah kesejahteraan. Semakin sedikit kaum intelek Papua yang berprofasi 2M, maka semakin takut negara ini atas perbuatan buruknya.
Lalu jika semakin bertambah gelar 2M pada generasi mudah Papua, siapa yang akan memerdekan Papua?
Jawaban dari pertanyaaan ini sangat mudah. Rakyat Papua akan melawan
bersama para intelek mereka yang tersisa dan terus konsisten. Yah.. mungkin
Peri bahasa yang sepadan dengan konteks ini adalah "Mati satu, tumbuh
seribu"
"Di akhir tulisan ini saya harus mengatakan, ini spekulasi saya terhadap perkembangan persolan Papua yang terjadi saat ini. Bagaimana dengan spekulasi anda?Spekulasi akan muncul dalam bedak seseorang untuk menperoleh ilmu pengetahun. Ya semua Ilmu pengetahuan dimulai dari spekulasi. Dan hanya ketika hasil dari pertikaian panjangan ini terbukti. Ketika itu pulah spekulasi ini akan pecah menjadi Ilmu pengetahuan.
Mari berspekulasi!
Comments
Post a Comment