Seperti yang sering dilakukan oleh setiap negara dalam mengatasi konflik
yang mengancam keutuhan suatu negara. Indonesia pun mengunakan cara
koersif dalam menangani persolan-persolan di Papua tetapi jawaban yang
sering dilontarkan para petinggi negara.
"Negara mengutamakan pendekatan persuasif untuk menangani persolan Papua"
Tanggapan dan ucapan seperti ini sebenarnya dapat di pahami dengan
sederhana. Hal itu dilakukan negara untuk mengendalikan situasi,
meredam desakan Internasional, dan mencegah keterlibatan negara lain
dalam masalah internal negara ini. Padahal tindakan tersebut dapat
mengakibatkan persolan yang hendak diatasi makin membesar. Apa lagi jika
persolan yang dimaksud berkaitan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) dan persolan yang berbau sara.
Kapan negara menggunakan pendekatan Koersif dalam menangani Persolan Papua?
Kita harus mengakui bahwa pelanggaran yang di lakukan negara terhadap
orang Papua sangat besar. Mulai dari Papua berintegrasi secara
administratif pada tahun 1963 sampai dengan Papua berintegrasi penuh
dengan Indonesia pada 1969 dan masih juga berlangsung hingga saat ini.
Selama periode itu, tercatat beberapa pelanggaran Ham berat yang di
lakukan negara terhadap orang Papua. Persoalannya, negara tidak perna
mengakui itu dan selalu bangga dengan ucapan pendekatan persuasifnya.
Lalu muncul pertanyaan, mana dan apa saja pelanggaran yang di lakuka
negara?
Berikut ini saya kutip salah satu laporan kekerasan negara terhadap orang Papua dari situs humanrights.asia.
"Asian Human Rights Commission (AHRC) dan Human Rights and Peace for Papua (ICP) meluncurkan sebuah laporan mengenai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Pegunungan Tengah Papua, Indonesia, selama tahun 1977–1978. Laporan ini membahas pelanggaran-pelanggaran atas Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida yang dilakukan pemerintah Indonesia pada periode tersebut. Laporan yang merupakan hasil penelitian selama tiga tahun oleh AHRC ini mengungkapkan kematian lebih dari 4,000 orang Papua, termasuk anak-anak, akibat operasi yang dilakukan oleh tentara Indonesia. Masih kurang yakin? baca "(baca di sini)
Setelah kita mengetahui kekerasan negara terhadap orang Papua dari
kutipan di atas. Dapat kita bertanya. Jika laporan tersebut memuat
kekerasan negara terhadap orang Papua dari tahun 1977-1978 dengan jumlah
korban jiwa 4.000 orang, maka berapa korban orang Papua sejak tahun
1961-1977 dan berapa korban orang Papua dari tahun 1979 sampai saat ini?
"Jawaban dari pertanyaan di atas, anda menjawab sendiri"
Laporan tentang kekerasan negara di atas meskipun sudah diketahui
negara ini, para petingginya selalu berpendapat masalah Papua merupakan
masalah Internal Indonesia. Berikut saya kutip pendapat Aburizal Bakrie
dari liputan6.
"Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie menjelaskan permasalahan yang terjadi di Papua kini bukan sebuah isu Internasional, melainkan masalah internal Indonesia yang dapat diselesaikan dengan cara sendiri" (Baca di sini )
Pendapat di atas hanya salah satunya, karena hampir semua petinggi
negara ini akan sependapat dengannya (Aburizal Bakrie). Bukan hanya itu
rahasia genosida yang hendak dilakukan negara ini beberapa kali di
bocorkan oleh pihak luar negeri khususnya Australia.
Apa saja dan kapan dokumen-dokumen itu di bocorkan?
Anda dan saya tentu masih ingat, pada tahu 2011 silam negeri ini di
kejutkan dengan dokumen rahasia KOPASSUS yang di bocorkan media
Autralia. Dalam dokumen itu memuat tentang tokoh-tokoh yang vocal
menyurakan kemerdekaan Papua. Dokumen bertahun 2006-2009 itu adalah
laporan analisis detail tentang anatomi gerakan separatis Organisasi
Papua Merdeka, serta orang-orang yang dicurigai memberikan dukungan dan
simpatinya kepada mereka.
"Mana faktanya? Anda masih kurang yakin, download dokumennya, (di sini). Ini hanya bukti kedua, di Papua tidak ada pendekatan persuasif dan orang Papua sedang punah diburuh"
Selain itu beberapa bulan terakhir berbagai media di Australia
mempublikasikan sebuah dokumen rahasia BIN yang diduga dikelurkan pada
bulan Maret 2014 silam. Dokumen tersebut membuat tentang tokoh-tokoh
yang dicurigai sebagai penggerak kemerdekaan Papua. Para tokoh terseut
terdiri dari sejumlah elemen, baik dari kalangan pemuka agama, aktivis
politik dan mahasiswa. Selain itu dokumen itu juga memuat kelemahan-kelemahan para tokoh tersebut. Berikut seperti dikutip dari
Viva.ci.id.
"Dokumen BIN bahkan juga turut menyebutkan kelemahan-kelemahan para tokoh Papua, mulai dari wanita, hingga alkohol. Tak cuma itu, BIN juga disebut telah merancang berbagai strategi yang dapat melemahkan gerakan Papua Merdeka"baca di sini). Jika anda belum mengetahui dokumen BIN yang dibocorkan beberapa bulan lalu silahkan anda download (Di sini)
Dari beberapa poin contoh di atas, kita dapat ketahui bahwa
pernyataan negara selama ini yang menyangkal mengunakan pendekatan
represif dan koersif sangat konyol untuk di percaya.
Lalu apa dampak negatif dari point-ponit di atas terhadap orang Asli Papua?
Poin-poin di atas memperlihatkan bukan tidak mungkin pada tahu 2050 ke
atas, orang Papua akan menjadi minoritas dan bahkan bisa dibilang akan
punah di atas tanahnya sendiri. Hal serupa juga pernah diutarakan Leo Imbiri setretaris umum Dewan adat
Papua.
Populasi penduduk asli Papua terus menyusut sementara di sisi lain, pendatang dari daerah lain terus berdatangan ke Papua. "Hari ini jumlah penduduk asli Papua dibanding pendatang berapa, mungkin pendatang lebih besar. (viva.co.id pada tahun 2011)
Selain itu, bisa juga kita ketahui kepunahan orang Papua dari
hasil publikasi Dr. Jim Elmslie dan Dr. Camelli Webb Gannon, dari
University of Sydney's for Peace & Conflict Studies Australia yang hasilnya sangat mencengangkan.
Dari data tersebut kembali dinalisis oleh Pemerhati Fenomena Sosial di Tanah Papua, Ir. Yan Ukago, MT dengan menggunakan matematis grafis segresi non linier. Dari analisisnya menunjukan bahwa 2040 orang asli Papua akan punah (baca disini)
Setelah beberapa poin di atas dapat kita simpulkan bahwa, Pendekatan
persuasif untuk orang Papua yang selama ini sering diutarakan
pemerintah Indonesia sebenarnya di balut dengan segalah pendekatan yang sangat
tidak manusiawi yang ujung-ujungnya hanya untuk memusnahkan orang Papua.
Selain itu, point-point di atas masih terus akan berlangsung selama
Jakarta menerapkan setiap program- program yang menurut mereka baik dan
benar. Dan lebih jauh lagi, bukan tidak mungkin orang Papua punah
di atas tanahnya sendiri dan cerita lama seperti orang Amborgin di
Australi dan orang Indian di Amerika akan terjdi di Papua.
Setelah membaca artikel di atas. Bagaimana pendapat anda?
Comments
Post a Comment