-->

Surat Untuk Rakyat Papua- Bukan Hal Baru Barisan Merah Putih di Papua

Post a Comment
Beberapa hari terakhir media nasional maupun lokal diramaikan dengan kasus penangkapan 1.790 aktivis KNPB oleh pihak militer Indonesia yang terjadi antara bulan April - Mei. Di samping itu, beredar pula informasi mengenai Barisan Merah Putih (BMP) Papua yang dengan gagah memperjuangkan Papua untuk tetap dalam NKRI.
Melihat kondisi ini, Ideologi perjuangan KNPB bukan hal yang musti disembunykan lagi. Sejak awal berdiri Organiasi ini bertujuan untuk mediasi rakyat Papua melawan penjajahan di tanah Papua dengan tujuan akhir  mencapai kemerdekaan Papua  melalui referendum. Sedangkan ideologi Barisan Merah Putih  untuk tetap mempertahankan Papua dalam NKRI dengan cara meyakinkan rakyat Papua sebanyak mungkin.
Ketika dicermati, dari segi tujuan keduanya sama. Meyakinkan rakyat Papua sebanyak mungkin. Sedangkan dari segi ideologi, keduanya ibarat api dan air yang tidak mungkin disatukan.

Apakah hal ini baru terjadi di Papua?

Ketika kita kembali mengingat sejarah panjang perjungan Papua, sudah pasti kita akan berpapasan  dangan beberapa tokoh Papua yang pro NKRI  seperti Tn. Frans Kaisepo, Johan Ariks, Lukas Rumkorem, Marten Indey, Silas Papare dan lainya. Artinya, sejarah mencatat hal seperti ini telah ada sejak masa kuasa Belanda di Papua.

Dari sekian tokoh tersebut menurut hemat saya,  Frans Kaisepo merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam menyatuhkan wilayah Papua dalam NKRI. Hal ini karena tokoh yang juga pernah menjabat sebagai  gubernur ke-4 Papua menggantikan Elieser Jon Bonay ini sangat nasionalisme Indonesia. Bahkan, sejarah mencatat kemunduran Elieser Jon Bonay yang juga merupakan gubernur pertama Putra asli Papua ini dari jabatannya, tentu karena mendukung Papua untuk merdeka.

Bukan hanya itu, beberapa hari setelah Indonesia merdeka ia memimpin pengibaran bendera merah Putih di Jayapura. Selain itu Fras juga turut hadir dalam konferensi Malido. Dalam kehadirannya ini pulah, ia mengusulkan untuk nama Papua diubah menjadi IRIAN, yang pada masa pemerintahan Gusdur nama itu dikembalikan lagi kesalnya.

Dari ulasan singkat sejarah di atas, menunjukan politik aduh domba yang diterapkan Belanda di Indoneia selama 350 tahun kembali di gunakan dalam konteks Papua. Bagaimana tidak, jika hukum di negara ini pun diangkat dari hukum negeri kincir angin itu.
Sebagai catatan:

"Pendekatan ini pula yang pernah digunakan negara ini saat menjelang referendum di Timur Leste dengan tujuan menumbuhkan gerakan pro Indoneia dalam upaya meminimalisir pro kemerdekaan "
Siapa yang menguasai masa? 

Pada awal kemerdekaan Soekarno membentuk Non-Blok. Tujuan utamanya, untuk tidak memihak ke Blok Barat Sekutu dan blok timur Komunis. Kepentingan dan ambisi yang kuat dari negara ini untuk menguasai beberapa wilayah seperti, Malaysia, Timur Leste, dan Papua membuat Politik luar negeri  non-blok ini pada akhirnya dilanggar sendiri oleh negara ini. Indonesia memihak ke komunis. Keberpihakan ini, sudah pasti mengancam  pengaruh negara sekutu di wilayah Asia Pasifik. Terutama pengaruh  Amerika.

Dukungan internasional terhadap Indonesia  untuk mendapatkan Papua berhasil, meski dengan politik yang tidak sehat. Ya, PBB pun kelihatannya tidak bisa berbuat banyak terhadap persolan Papua. Terutama saat persiapan dan pelaksanaan Pepera. Saa itu, empat tahun sebelum Pepera. Indonesia terlebih dulu keluar dari keanggotaan PBB.

Dari sudut pandang saat ini, dukungan Amerika bukan murni untuk membantu Indonesia, tetapi lebih tepatnya tindakan Indonesia yang berpihak kekomunis dan situasi nasional yang masih goyang waktu itu dimanfaatkan Amerika untuk tetap prioritaskan kepentingannya di Indonesia.

Proses yang ditempuh ini dan pengaruh nasionalisme Indonesia yang dijalankan beberapa tokoh Indonesia, ternyata berhasil. Salah satunya Sugoro Atmoprasojo yang juga bisah dipandang berhasil membentuk karakter anti Belanda terhadap beberapa anak muda di Papua waktu itu.

Sampai saat ini kita ketahui Indonesia berhasil merebut dukuangan Internasional dan dukungan beberapa tokoh Papua Papua meski dengan penuh kecurangan. Keberhasilan ini membuat orang Papua bersama negara ini selama 54 tahun.

Bagaimana dengan saat ini?

Seperti pada penjelasan awal, ternyata mata rantai penerapan penjajahan aduh domba di Papua belum juga usai. Ketika rakyata Papua membentuk organisasi pro kemerdekan Papua, negera ini turut membentuk organisasi tandingan. Barisan Merah Putih. Saat rakyat Papua membentuk ULMWP untuk mengajukan permohonan keanggotaan di MSG. Negara ini  pun turut membentuk organiasi tandingan. Melanesia Indonesia ( MELINDO). Bukan hanya itu, ketika orang Papua meminta kemerdekaan. Otonomi menjadi alternatif tandingan yang sangat mujarab untuk menekan tuntutan itu.

Saat ini dukungan Internasional terhadap Indonesia secadara politik memang benar negara-negara seperti Inggris, Australia, dan beberapa negara lainya mengakui bumi cendrawasih bagian dari Indonesia. Terkecuali Vanuatu dan Solomon Island. Pertanyaannya, apakah Indonesia akan mampu meredam dukungan dari masyarakat Internasional baik secara individu maupun kelompok.

Hal ini bisa kita lihat dari negara Inggris dan Australia, meski pemerintahnya mendukung Indonesia. Masyarakatnya tetap mendukung Papua merdeka. Di Inggris meski pemerintah Indonesia  melayangkan protes keras atas pembukan kantor Papua merdeka dan memintanya untuk di tutup, tetapi sampai saat ini baik-baik saja. Yah, pemerintah Inggris tidak punya kuasa untuk membatasi hak masyarakatnya dalam menyatakan dukungannya. Apa lagi jika urusan itu berkaitan dengan Ham. Sangat tidak mungkin.

Selain itu, anggota perlemen dari berbagai daerah dan negara yang mendukung Papua merdeka secara pribadi, misalnya 96 anggota parlemen yang turut  mendukung  dan hadir dalam pertemuan organisasi  IPWP di Inggris. Mereka ini tidak bisa di batasi oleh negaranya dan Indonesia. Tetapi secara politik dukugan mereka akan berpengaru terhadap negaranya dalam mendukung Papua merdeka. Dengan demikian masalah Papua merdeka bukan lagi masalah Internal antara Jakarta dan Papua.

Saat ini masalah Papua merdeka  sudah menjadi masalah Internasional. Rakyat Papua berteriak  merdeka berarti masyarakat di negara-negara Pasifik, eropa, Amerika, dan Afrika akan turut berteriak. Satu hal yang negara ini harus catat adalah kami rakyat Papua tidak sendiri, seperti dulu orang tua kami dipermainkan.

Saat ini perkembangan teknolog informasi membuat persolan Papua sulit di bungkam sebagaimana waktu sebelumnya. Kasus yang hari ini terjadi di Papua, hanya membutuhkan beberapa menit untuk diketahui dunia. Semakin Indonesia brutal menangani Papua, maka turut pulah mempercepat kemerdekaan Papua.

Sampai di sini, pertanyaannya apa Indonesia akan terus berteriak bahwa  masalah Papua adalah masalah dalam negeri jadi tidak ada intervensi negara lain? jawabannya, sudah terlambat bagi Indonesia berkata demikian.

Bagaimana menyikapi BMP di Papua?

Barisan Merah Putih (BMP) dan mereka yang terlibat dalam MELINDO merupakan saudara kita yang sudah terlalu dibuat enak negara ini. Selain itu, mereka ini  adalah sudara kita yang berpikirnya sempit, tidak mampu, serta takut untuk berkembang sendiri tanpa bantuan orang lain. Artinya, negara ini telah menanamkan karakter ketergantungan kepada Indonesia.
Ratusan warga Sentani membakar bendera bintang kejora di di Kantor Kabupaten Jayapura, Papua. Aksi dilakukan di depan Bupati Jayapura Mathius Awaitouw itu sebagai bentuk penolakan terhadap kelompok separatis. (news.okezon. com)
Selain itu, dampak negatif dari politik aduk domba ini sudah pasti akan memecah-belah orang Papua. Sebagaiman yang terjadi pada masa kuasa Belanda di Papua. Hal yang perlu rakyat Papua ketahui adalah melihantnya secara objektif pelaku yang terlibat dalam barisan tersebut. Dalam artian, tidak memandang mereka atas nama kelompok dan daerah. Apalagi suku dan marga.

Lebih mendalam lagi, kita harus tahu mereka bertingkah pro Indonesia karena memiliki musabab mendasar.Tindakan mereka berdemo menggerakkan masa dan membakar Bendera  Bintang Kejora (BBK) adalah sebab yang selanjutnya akan mengakibatkan reaksi perpecahan. Kita harus melihatnya jauh kemusababnya.

Musababnya adalah Indonesia, tindakan mereka ini hanyalah sebab yang selanjutnya akan menimbulkan akibat perpecahan. Saat ini mereka berada di tahap "sebab" jadi mereka yang pro Indonesia tidak dapat kita benci, yang harus kita benci adalah negara ini yang juga merupakan musababnya. Hanya dengan begitu akibat perpecahan itu tidak akan terjadi di Papua dan dapat kita atasi.

Dengan demikian pula melalui tulisan ini saya pribadi mengajak kepada Rakyat Papua. Jangan terprovokasi dengan situasi saat ini. Tetaplah pada pada tujuan dengan cara dan jalannya masing-masing, di ujung senjah kita akan bertemu untuk merebut kemerdekaan kita. SALJU FOR ALL

Related Posts

Comments

Subscribe Our Newsletter