-->

5 Hal Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Bahasa Mee di Papua

5 comments

www.dihaimoma.com
Bahasa Mee merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di Provinsi  Papua dan digunakan oleh masyarakat  suku Mee untuk berintraksi  baik secara kelompok  maupun  individu  dalam berhubungan dengan sesama masyarakat suku Mee. Mayoritas penutur  tulen bahasa Mee saat ini tersebar di empat kabupaten, yakni kabupaten Nabire, Paniai, Dogiyai, dan Deiyai. Selain dari ke empat kabupaten ini, bahasa Mee juga digunakan di daerah lain yang di dominasi oleh masyarakat asli Suku Mee.

Berdasarkan fungsi, bahasa Mee telah lama digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan. Bahasa Mee  dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni  bahasa  lisan dan tulisan. Awal bahasa Mee mengenal  bahasa tulis sejak masuknya bangsa Belanda di daerah Paniai, tetapi bahasa Mee mengalami perkembangan yang sangat pesat  dalam  bahasa tulis sejak bergabungnya Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dapat diketahui   dengan beberapa buku  berbahasa Indonesia  yang diterjemahkan kedalam Bahasa Mee sepeti Kitab Suci dan lain-lain.

Dari penjelasan di atas, dihaimoma.com merangkum 5 hal unik tentang bahasa Mee yang perlu anda ketahui.

Pertama  Para ahli bahasa  membagi Bahasa-bahasa di Papua  kedalam dua golongan besar, yaitu bahasa-bahasa Austronesia (AN) dan bahasa-bahasa non-Austronesia (NAN). Dari pengelompokan tersebut, Bahasa Mee tergolong kedalam kelompok bahasa-bahasa Non Austronesia (NAN), yaitu Filum Papua Trans New Guinea.

Kedua Berdasarkan penelitian Dharmojo Dkk. Bahasa Mee hanya mengenal 5 fonem vokal  dan 10 konsonan.

Fonem vokal Basa Mee

1.      /i/ 
2.      /u/ 
3.      /e/ 
4.      /o/ 
5.      /a/ 

Fonem Konsonan Bahasa Mee

1. /P/
2. /B/
3. /T/
4. /D/
5. /K/
6. /G/
7. /M/
8. /N/
9. /W/
10. /Y/

Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa Bahasa Mee hanya memiliki sepuluh fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /m/, /n/, /k/, /g/, /w/ dan /y/. Bahasa Mee tidak memiliki fonem /f/, /s/, /z/, /r/, /l/, /c/, /j/, /Å¡/ atau /sy/, /ñ/ atau /ny/, /x/ atau /kh/, /Å‹/ atau /ng/ dan /h/ (Dharmojo, et al, 1996:22). 

Meski demikian, penelitian Dharmojo Dkk ini agaknya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat Bahasa Mee dalam dialek Mapiha seperti Sukikai, Siriwo, Yaro, Patawai, Dipa dan beberapa daerah selatan Mapiha lainya mengenal fonem konsonan  /h/ ,  /s/ , /Å¡/ atau /sy/. Yah, ini tugas saya dan anda. Mari kita kaji bahasa  Mee lebih lanjut!
Ketiga Meski bahasa Mee telah diteliti oleh beberapa ahli bahasa Nasional maupun Internasional. Saat ini Bahasa Mee mengalami kemunduran (diambang kepunahan). Hal ini disebabkan karena masyarakat dari keempat kabupaten, yakni  Nabire, Paniai, Dogiyai, dan Deiyai menganggap dialeknya yang paling benar dan memenuhi syarat sebagai bahasa Mee yang utuh dan benar. 

Persolan ini hanya bisa diatasi dengan kajian mendalam dibidang dialektologi. Setelah dikaji, barulah akan terjawab dialek mana yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai bahasa baku dan dialek lain sebagai pelengkap atau penyumbang kekurangan dari dialek bahasa Mee yang telah ditetapkan sebagai bahasa baku. Selain itu, kajian dalam bahasa Mee tidak hanya terbatas pada bidang dialetologi, tetapi juga di berbagai tataran kebahasaan seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana dan masih banyak lainya.

Proses bembakuan Bahasa Mee ini hanya bisa dilakukan melalui kongres Bahasa Mee, sebagai mana kongres  bahasa Sunda  yang berlangsung pada tahun 1952 dan  menghasilkan lembaga pembakuan Bahasa dan Sastra  Sunda (LBSS). Ya. Berbagai bahasa daerah lain di Indonesia yang saat ini memiliki lembaga pembakuan bahasa  dan sastra, kerena mereka menempu tahap-tahap tidak semudah kita bayangkan. 

Keempat kosakata dapat dibagi menjadi dua jenis. Kosakata yang mudah berubah dan tidak mudah berubah.  Meski banyak yang menjadi  penyebab punah atau tidaknya suatu bahasa. Bahasa Mee dikatakan punah apabilah kosakata dasar dari bahasa Mee tersebut telah punah. Hal ini karena dalam suatu bahasa  kosakata dasar merupakan kata yang tidak mudah berubah dan dipengaruhi oleh bahasa lain. Dasar acuan ini bisa kita lihat dari kutipan berikut:

A. Kosakata dasar
 Kosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk kedalam kosakata dasar yaitu:
  •  Kata-kata anggota tubuh misalnya:  kaki,tangan,kepala rambut dan seterusnya.   
  •  Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya.  
  •  Kata menyatakan perasaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya.
  • Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya.
  • Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, dan sebagainya. 
  • Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya.  
  •  Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan sebagainya.  

B. Kosakata yang mudah berubah
Kata–kata yang dipinjamkan kepada/dan dari kebudayaan lain. Misalnya kata: Meja, kursi, baju, lampu. Kata-kata ini mudah mengalami difusi, sebab itu gampang pula mengalami perubahan. Kata-kata ini disebut kata-kata budaya (cultural words) (Keraf, 1996:114-115)

Dari pendapat di atas, kita dapat berkesimpulan. Jika dalam Bahasa Mee, kosakata dasar yang tidak mungkin berubah dan tidak mungkin dipengaruhi oleh bahasa lain saja punah. Pertanyaannya, bagaimana nasib Bahasa Mee?

Kelima meski hanya asumsi saya, selama keempat kabupaten di daerah Meuwo tidak menyadari pentingnya kajian-kajian mendalam tentang bahasa Mee. Tidak melaksanakan kongres bahasa Mee untuk menyatuhkan seluruh dialek bahasa Mee melalui kongres Bahasa Mee dalam upaya mendirikan lembaga pembakuan Bahasa Mee di salah satu kabupaten. Selama itu pulah, mitos dalam masyarakat seperti dialek Mapiha  yang baik dan benar, dialek Kamuu yang  baik dan benar, dialek paniai yang baik dan benar dan sebagainya itu tidak akan terpecahkan.


Setelah membaca artikel ini, bagaimana pendapat anda. Apakah ada yang perlu ditambahkan?

Sumber Referensi

Keraf, Gorys.1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Dharmojo (dkk). 1996. Fonologi Bahasa Ekagi. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Related Posts

Comments

  1. Sebuah artikel yang informatif dan menarik om jago. Sy tertarik pada dua poin dalam tulisan ini yakni, 1. Konggres Bahasa dan sastra Mee dalam upaya melestarikan bahasa yang adalah budaya. 2. Meng-kaji lebih mendalam mengenai bahasa Mee oleh anak Mee yang memahami tentang Linguistik. Trims..

    ReplyDelete
  2. tulisan yang menarik serta memancing generasi pemilik bahasa MEE. jaga dan lesstarikan akan jadi upayah penting agar bahasa MEE dapat terhindar dari ambang kepunahan. usul kongkrit, mungkin MUSYAWARA MEE (MUSMEE) akan menjadi pintu untuk membicaraka hal ini. eihee.

    ReplyDelete
  3. SAYA MENGAJAK ANDA UNTUK KITA,MENDIRIKAN SEBUAH LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MELANESIA. JIKA SETUJU KITA MEREKRUT ORANG MELALUI POLING LALU KITA BAKU SUMBANG RUPIAH LALU KITA EXEN, PASTI UNESCO AKAN MENDUKUNG. KARNA SAYA PUNYA ACSES. MARI KITA BERJUANG BERSAMA DAN WUJUDKAN BERSAMA. EMAIL. yehuasso@gmail.com/081240228860.

    ReplyDelete
  4. Bahasa Mee Asli
    10 konsonan + vokal

    Di pinggiran batas daerah Meeuwodide ada penambahan huruf karena pengaruh logat
    Seperti: R/S/Z dan penggabungan sh/ zh/ rs/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali kawan Henderson Adii. Tetapi untuk menjawab apakah perbedaaan-perbedaan itu benar perbedaan dialek ataukah terdapat perbedaan bahasa, harus di lakukan penelitian di bidang dialek. Ilmu di bidang itu biasanya disebut dialektologi jdi setelah di kaji baru akan terjawab. Berapa perbedaan dialek dan berapa perbedeaan bahasa.

      Lebih spesifik lagi, perbedaan dalam kebahasaaan itu terdapat dimana, apakah di tataran fonologi, morfologi, leksikon atau sintaksis

      Kalau perbedaan dialek apa alasannya? Dll

      Intinya semua itu harus di kaji dengan dialektologi dlu baru akan ketahuan apakah hanya dialek atau perbedaan bahasa.

      Selebihnya, terima kasih sdh berkunjung di blog ini.

      Delete

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter