
Berdasarkan fungsi, bahasa Mee telah lama digunakan sebagai alat komunikasi secara lisan. Bahasa Mee dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni bahasa lisan dan tulisan. Awal bahasa Mee mengenal bahasa tulis sejak masuknya bangsa Belanda di daerah Paniai, tetapi bahasa Mee mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bahasa tulis sejak bergabungnya Papua dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dapat diketahui dengan beberapa buku berbahasa Indonesia yang diterjemahkan kedalam Bahasa Mee sepeti Kitab Suci dan lain-lain.
Dari
penjelasan di atas, dihaimoma.com merangkum 5 hal unik tentang bahasa
Mee yang perlu anda ketahui.
Pertama Para ahli bahasa membagi Bahasa-bahasa di Papua
kedalam dua golongan besar, yaitu bahasa-bahasa Austronesia (AN) dan
bahasa-bahasa non-Austronesia (NAN). Dari pengelompokan tersebut, Bahasa Mee
tergolong kedalam kelompok bahasa-bahasa Non Austronesia (NAN), yaitu Filum
Papua Trans New Guinea.
Kedua Berdasarkan
penelitian Dharmojo Dkk. Bahasa Mee hanya mengenal 5 fonem
vokal dan 10 konsonan.
Fonem
vokal Basa Mee
1.
/i/
2.
/u/
3.
/e/
4.
/o/
5.
/a/
Fonem
Konsonan Bahasa Mee
1. /P/
2. /B/
3. /T/
4. /D/
5. /K/
6. /G/
7. /M/
8. /N/
9. /W/
10. /Y/
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa Bahasa Mee
hanya memiliki sepuluh fonem konsonan, yaitu /p/, /b/, /t/, /d/, /m/, /n/, /k/,
/g/, /w/ dan /y/. Bahasa Mee tidak memiliki fonem /f/, /s/, /z/, /r/, /l/, /c/,
/j/, /š/ atau /sy/, /ñ/ atau /ny/, /x/ atau /kh/, /ŋ/ atau /ng/ dan /h/
(Dharmojo, et al, 1996:22).
Meski demikian, penelitian Dharmojo Dkk ini agaknya masih
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat Bahasa Mee dalam dialek
Mapiha seperti Sukikai, Siriwo, Yaro, Patawai, Dipa dan beberapa daerah selatan Mapiha lainya
mengenal fonem konsonan /h/ , /s/ , /š/ atau /sy/. Yah, ini tugas
saya dan anda. Mari kita kaji bahasa Mee lebih lanjut!
Ketiga
Meski bahasa Mee telah diteliti oleh beberapa ahli bahasa Nasional maupun Internasional.
Saat ini Bahasa Mee mengalami kemunduran (diambang kepunahan). Hal ini
disebabkan karena masyarakat dari keempat kabupaten, yakni Nabire,
Paniai, Dogiyai, dan Deiyai menganggap dialeknya yang paling benar dan memenuhi
syarat sebagai bahasa Mee yang utuh dan benar.
Persolan ini hanya bisa diatasi dengan kajian mendalam dibidang dialektologi. Setelah dikaji, barulah akan terjawab dialek mana yang memenuhi
syarat untuk ditetapkan sebagai bahasa baku dan dialek lain sebagai pelengkap
atau penyumbang kekurangan dari dialek bahasa Mee yang telah ditetapkan
sebagai bahasa baku. Selain itu, kajian dalam bahasa Mee tidak hanya terbatas pada bidang dialetologi, tetapi juga di berbagai tataran kebahasaan seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, wacana dan masih banyak lainya.
Proses bembakuan Bahasa Mee ini hanya
bisa dilakukan melalui kongres Bahasa Mee, sebagai mana kongres
bahasa Sunda yang berlangsung pada tahun 1952 dan menghasilkan lembaga pembakuan Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS). Ya. Berbagai bahasa daerah lain di Indonesia yang saat ini memiliki
lembaga pembakuan bahasa dan sastra, kerena mereka menempu tahap-tahap tidak semudah kita bayangkan.
Keempat kosakata dapat dibagi menjadi dua jenis. Kosakata yang mudah berubah dan tidak mudah berubah. Meski banyak yang menjadi penyebab punah atau tidaknya suatu bahasa. Bahasa Mee dikatakan punah apabilah kosakata dasar dari bahasa Mee tersebut telah punah. Hal ini karena dalam suatu bahasa kosakata dasar merupakan kata yang tidak mudah berubah dan dipengaruhi oleh bahasa lain. Dasar acuan ini bisa kita lihat dari kutipan berikut:
A. Kosakata dasarKosakata dasar (basic vocabularry) adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dipungut dari bahasa lain. Di bawah ini yang termasuk kedalam kosakata dasar yaitu:
- Kata-kata anggota tubuh misalnya: kaki,tangan,kepala rambut dan seterusnya.
- Kata ganti (diri, petunjuk), misalnya: saya, kamu, dia, kami, kita, mereka, ini, itu, sana, sini dan sebagainya.
- Kata menyatakan perasaan, misalnya: suka, duka, lapar, haus, dan sebagainya.
- Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, lidah dan sebagainya.
- Kata bilangan, misalnya: satu, dua, sepuluh, seratus, dan sebagainya.
- Kata kerja, misalnya: makan, minum, tidur, pergi, dan sebagainya.
- Kosakata benda, misalnya: tanah, udara, air, binatang, matahari, dan sebagainya.
B. Kosakata yang mudah berubahKata–kata yang dipinjamkan kepada/dan dari kebudayaan lain. Misalnya kata: Meja, kursi, baju, lampu. Kata-kata ini mudah mengalami difusi, sebab itu gampang pula mengalami perubahan. Kata-kata ini disebut kata-kata budaya (cultural words) (Keraf, 1996:114-115)
Dari pendapat di atas, kita dapat berkesimpulan. Jika dalam Bahasa Mee, kosakata dasar yang tidak mungkin berubah dan tidak mungkin dipengaruhi oleh bahasa lain saja punah. Pertanyaannya, bagaimana nasib Bahasa Mee?
Kelima meski hanya asumsi saya, selama keempat kabupaten di daerah Meuwo tidak menyadari pentingnya kajian-kajian mendalam tentang bahasa Mee. Tidak melaksanakan kongres bahasa Mee untuk menyatuhkan seluruh dialek bahasa Mee melalui kongres Bahasa Mee dalam upaya mendirikan lembaga pembakuan Bahasa Mee di salah satu kabupaten. Selama itu pulah, mitos dalam masyarakat seperti dialek Mapiha yang baik dan benar, dialek Kamuu yang baik dan benar, dialek paniai yang baik dan benar dan sebagainya itu tidak akan terpecahkan.
Setelah membaca artikel ini, bagaimana pendapat anda. Apakah ada yang perlu ditambahkan?
Sumber Referensi
Keraf, Gorys.1996. Linguistik Bandingan
Historis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Dharmojo
(dkk). 1996. Fonologi Bahasa Ekagi. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sebuah artikel yang informatif dan menarik om jago. Sy tertarik pada dua poin dalam tulisan ini yakni, 1. Konggres Bahasa dan sastra Mee dalam upaya melestarikan bahasa yang adalah budaya. 2. Meng-kaji lebih mendalam mengenai bahasa Mee oleh anak Mee yang memahami tentang Linguistik. Trims..
ReplyDeletetulisan yang menarik serta memancing generasi pemilik bahasa MEE. jaga dan lesstarikan akan jadi upayah penting agar bahasa MEE dapat terhindar dari ambang kepunahan. usul kongkrit, mungkin MUSYAWARA MEE (MUSMEE) akan menjadi pintu untuk membicaraka hal ini. eihee.
ReplyDeleteSAYA MENGAJAK ANDA UNTUK KITA,MENDIRIKAN SEBUAH LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU MELANESIA. JIKA SETUJU KITA MEREKRUT ORANG MELALUI POLING LALU KITA BAKU SUMBANG RUPIAH LALU KITA EXEN, PASTI UNESCO AKAN MENDUKUNG. KARNA SAYA PUNYA ACSES. MARI KITA BERJUANG BERSAMA DAN WUJUDKAN BERSAMA. EMAIL. yehuasso@gmail.com/081240228860.
ReplyDeleteBahasa Mee Asli
ReplyDelete10 konsonan + vokal
Di pinggiran batas daerah Meeuwodide ada penambahan huruf karena pengaruh logat
Seperti: R/S/Z dan penggabungan sh/ zh/ rs/
Benar sekali kawan Henderson Adii. Tetapi untuk menjawab apakah perbedaaan-perbedaan itu benar perbedaan dialek ataukah terdapat perbedaan bahasa, harus di lakukan penelitian di bidang dialek. Ilmu di bidang itu biasanya disebut dialektologi jdi setelah di kaji baru akan terjawab. Berapa perbedaan dialek dan berapa perbedeaan bahasa.
DeleteLebih spesifik lagi, perbedaan dalam kebahasaaan itu terdapat dimana, apakah di tataran fonologi, morfologi, leksikon atau sintaksis
Kalau perbedaan dialek apa alasannya? Dll
Intinya semua itu harus di kaji dengan dialektologi dlu baru akan ketahuan apakah hanya dialek atau perbedaan bahasa.
Selebihnya, terima kasih sdh berkunjung di blog ini.