Suku Dani- Di Papua terdapat lebih dari 466 suku dengan lebih dari 250 bahasa yang berberda. Jadi, kalau kita mengulas setiap suku di Papua, maka mungkin sobat akan bosan membaca artikel ini. Setiap suku di Papua memiliki karakteristik dan keunikannya masing-masing.
Dari suku-suku itu, salah satu suku yang paling dikenal hingga kemanca negara adalah suku Dani. Suku ini mendiami pegunungan tengah Papua. Mereka tersebar di kabupaten Jayawijaya, Puncak Jaya dan sekitarnya yang tentunya bertetangga dengan puncak Jayawijaya yang merupakan gurung tertinggi di Indonesia.
Suku Dani memiliki tarian, kebiasaa, adat-istiadat, rumah adat dan cara bertani yang sangat unik dan menarik untuk di ulas. Pada postingan kali ini, Dihai akan mengulas secara singat seputar suku Dani di Papua. Berikut 10 Fakta tentang suku Dani di Papua yang akan membuat Anda Kagum!
1. Suku Dani sudah menerapkan sistem pertanian modern sejak zaman dahulu.
Hasil kebun suku Dani[image:Source] |
Suku Dani sering diejek dan menjadi bahan lelucon bagi orang luar Papua dan bahkan dikalangan Orang Papua sendiri. Tetapi, satu hal yang tidak mereka pahami adalah suku ini mengenal seni pertanian ubi-ubian yang sudah 3000 tahun urmurnya, dan telah menciptakan 2l sampai 75 varitas ubi jalar. Para petani di Lembah Baliem misalnya, memiliki budaya pertanian ubi-ubian yang tergolong paling canggih di dunia, hasil inovasi dan adaptasi selama 400 tahun tanpa bantuan sepotong logam.[1] Hal inilah yang membuat suku dani dikenal secara global.
Artinya, selama suku lain masih nomaden. Suku ini sudah mengenal budaya tani modern. Bahkan seorang Ahli botani Belanda, Chris Versteegh yang mengunjungi Jiwika pada tahun 1961 penah mengakui bahwa perkebunan petatas orang Dani itu jauh lebih maju dari pada apa yang telah dilakukan Pemerintah Belanda di pusat penelitian pertanian Manokwari waktu itu.[2]
2. Nama Dani merupakan pemberian suku tetangga
Suku Dani bertetangga dengan dua suku kerabat. Suku Lani dan suku Yali yang mendiami daerah lereng-lereng pegunungan tinggi Jayawijaya, bagian tenggara. Istilah “Ndani” berasal dari sebuah ejekan yang pernah dilontarkan oleh klan di sebelah barat Baliem kepada klan di sebelah timur Suku Parim. Mereka sendiri menyebut diri mereka sebagai "Parim" dan "Nit apuni Baliem Make" yang secara harafiah, kami orang Baliem atau manusia sejati.
3. Penganut agama Islam terus meningkat
Islam Wamena [image:Source] |
Suku Dani khususnya di daerah lembah baliem sejak lama menjadi sental perkembangan Islam di pegunungan tengah Papua. Mengacu pada Jurnal berjudul "Perkawinan Adat Muslim Suku Dani di Papua" yang dipublikasiakan 2012 menyatakan bahwa:
Agama Islam di suku Dani lembah Baliem tersebar di desa Pasema, Air Garam, Hitigima, Megapura, Yagara, Walaik, Pua, Okilik, Ibele, Araboda, Mapenduma, Kurulu dan Pukima. Perkembangan Islam selanjutnya meluas ke beberapa kabupaten di wilayah pegunungan tengah. Dengan lima kabupaten yang baru dimekarkan, hingga dewasa ini berkembang cukup signifikan dengan jumlah penganut Islam mencapai 8.121 jiwa dari total 115.000 jiwa penduduk Wamena.[3]. Itu baru data tahun 2012, kalau sekarang pasti sudah berberda.[3]
4. Dikenal karena sering berperang
Jika masa lalu suku Biak di Papua oleh Kamma digambarkan sebagai kaum Viking dari Papua karena dikenal sebagai bajak laut dan pelaut handal, maka Suku Dani merupakan suku yang paling lihai dalam berperang.
Baca:8 Fakta Tentang Suku Biak di Papua yang Belum Anda Ketahui !
Baca:8 Fakta Tentang Suku Biak di Papua yang Belum Anda Ketahui !
Perang Suku Dani [image:Source] |
Perang di sini bukan asal perang tapi ada aturan perang yang mengawasi jalannya perang. Sebelum perang dimulai, panglima perang dari kedua kubu akan berkomunikasi dari jarak yang bisa saling mendengar. Beberapa poin aturan perang itu sebegai berikut:
- Menyepakati lokasi perang yang merupakan lahan kosong.
- Menetapkan waktu istirahat dan jam makan
- Kedua kubu sepakat tidak saling mengganggu lahan (kebun)
- Mereka sepakat tidak menghambat jalan-jalan utama
- Tidak mengganggu harta milik orang lain
- Tidak menggangu anak-anak dan wanita
- Bila korban sudah dianggap terlalu banyak atau malam hari tiba, perang dapat ditunda dan masih banyak lagi.
5. Mengenal sistem kepemimpinan tradional kepala suku
Mengacu pada Mansoben salah satu Antropolog dan Akademisi Papua, ada 4 kepemipinan tradisional di Papua. Suku Dani menganut kepempinan kepala suku. Sebagai pemimpin suku, kepala suku memiliki peran sentran di masyarakatnya. Beberapa di antara dapat dirangkum sebagai berikut:
- Memiliki pengetahuan tentang ilmu pertanian, ramah, rendah hati, punya nyali yang tinggi dan bisa melakukan komunikasi dengan baik.
- Panjaga adat dan penentu suatu kebijakan yang berkaitan dengan adat istiadat.
- Menjadi penghubung antara suku Dani dan suku lain serta pemerintah formal, negara.
- Menjadi inisiator apa bila terjadi bentrokan budaya yang dianut dan kebudayan modern.
- Sebagai motivator agar masyarakatnya bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman
6. Busana seorang cewek menyimbolkan statusnya
Satu hal yang unik adalah dalam tradisi dan budaya suku Dani anda dapat mengenal status seorang perempuan dari cara berbusananya. Artinya, busana seorang anak cewek dan cewek remaja sudah berbeda. Begitu juga dengan cewek yang sudah siap menikah dengan yang sudah menikah. Perubahan status cewek yang belum menikah kemenikah harus melalui upaca adat yang dikenal dengan "he yokal.
He berarti "wanita atau perempuan", sedangkan yokal berarti "busana wanita yang telah menikah". Secara terminologi kata ini juga biasa berarti, upacara pemakaikan busana dari kemsili /sili (Cewek lajang) ke yokal, (cewek yang sudah menika). Jadi, seorang cewek harus melalui 3 tahap untuk mencapai tingkat yokal.
- Seorang yang masih gadis (hilimikurugi) akan mengenakan busana asli.
- Ketika cewek menginjak usia remaja (ap manusak hagak laga uguneme) akan mengenakan busana apilik.
- Ketika usia cewek menginjak usia dewasa dan layak untuk nikah (ewenyeki kuo golukmore) akan mengenakan busana "ewe yokal"
Jadi seorang cewek yang sudah melewati 3 tahap di atas ini akan dinyatakan layak oleh kedua orang tuanya untuk dilakukan upacara perkawinan. Upacara pemakaian busana (yokal isin) biasanya dilakukan oleh dua wanita isteri kerabat klen. Setelah pemakaian itu, cewek tersebut resmi menjadi menjadi wanita dewasa.
Festival Lembah Baliem [image: source] |
Catatan: Suku Dani sendiri memiliki beberapa klen (Marga) jadi ada perbedaan jumlah tahapannya dalam proses ini. Misalnya, suku Dani Lembah Baliem, klen Makoko hanya melalui dua tahap, sili dan apilik. Begitupula dengan dengan suku Dani bagian Barat hanya satu tahap, sili.
Dalam tradisi suku dani wanita sangat dihormati sebagai sumber kesuburan. Wanita menyimpan misteri yang tak terselami oleh kaum pria. Proses seorang gadis melepaskan busana gadisnya (sili) dan diganti dengan busana ibu (yokal) merupakan lambang pengakuan keibuan seorang perempuan sebagai sumber kesuburan keluarga dan masyarakat. Kesuburan keluarga dinilai hal yang sangat penting karena justru memperlancar kehidupan bersama, memperluas jaringan relasi secara mulus dan teratur serta menyebabkan harga diri seseorang mendapat pengakuan dari masyarakat.[4]
7. Kekerasan Militer Indonesia atas suku Dani
Selain suku Biak, suku Dani merupakan salah satu suku di Papua yang sudah merasakan kebrutalan militer Indonesia. Tentunya, dimulai pada saat memasuki pemilihan umum tahun 1977. Kasus ini sebagaimana dilaporkan seorang wartawan yang diabadikan Robin Osborne, dalam bukunya sebagai berikut:
Budaya voting yang sebelumnya dianut suku Ndani dihapus dan komando dari atas dipaksakan kepada mereka. Pihak militer menindak secara keras setiap bentuk perlwanan masyarakat. Seorang wartawan Australia yang berusaha memasuki daerah tersebut diberitahu oleh seorang pegawai pemerintah bahwa 900 orang warga yang melawan telah dibunuh. Sebagai perbandingan, untuk mencapai jumlah korban besar itu, diperlukan perang tradisional selama bertahun-tahun. KOMPAS, sebuah harian terkemuka di Jakarta, memberitakan bahwa sungai Balim dipenuhi oleh jasad manusia. Selama enam minggu, penduduk setempat tidak mau memakan ikan [5]
Selain itu memasuki tahun 2000-an terjadi peristiwa Wamena berdara pada 6 Oktober 2000 dan 4 April 2003. Peristiwa tahun 2013 misalnya, berawal ketika pembongkaran gudang senjata oleh OPM yang berujung pada penyisiran pihak militer. Di sini kemasyarakat yang jadi korban. Dalam hasil kajian komnas Ham tahun 2014 menyatakan bahwa 9 warga terbunuh, 38 luka-luka. Pemindahan secara paksa 25 kampung, dalam proses itu 48 orang meninggal karena kelaparan.
"Kasus-kasus Pelanggaran Ham di atas ini meski didesak masyarakat Papua hingga PBB untuk di tuntaskan. Indonesia belum mampu menyelesaikannya sampai saat ini. Padahal, Luhut B. Pandjaitan pernah berjanji untuk menutaskan kasus-kasus itu. Tapi, ternyata orang sekaliber Luhut pun belum juga mampu menerapkan janjinya"
8. Tradisi potong jari (Niki Peleg) dan kulit telinga
Tradisi suku potong jari[image:Source] |
Suku Dani merupakan suku yang sangat menjunjung tinggi nilai relasi dan juga memiliki harga diri yang sangat besar. Tradisi totong jari (Ritual Niki Peleg) ini merupakan ungkapan kasih sayang dan dukacita yang begitu mendalam kepada keluarganya yang telah meninggal. Niki Paleg merupakan tradisi unik suku Dani yang telah dikenal secara global. Inti dan makna dari tradisi potong jari oleh suku Dani dapat dirakum dari penelitian Racher (2013) sebagai berikut:
- Ritual Niki Paleg jari dalam makna yang sesungguhnya ialah sebuah ritus penghayatan atas nilai relasi yang sangat dalam antara satu manusia dengan yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat suku Dani.
- Ritual Niki Paleg ialah ritual dukacita yang diturunkan sejak nenek moyang sampai sekarang dan masih terus dilakukan.Ritual ini lahir dari nilai relasi dan nilai berbagi rasa yang dianut masyarakat suku Dani.
- Ritual Niki Paleg tersusun dengan tahapan duka, seperti: terkejut, kaget (1), pencurahan perasaan (menangis, marah, perasaan bersalah/ menyesal, sedih, panik, kesepian) (2), bergumul antara khayalan dengan kenyataan (3), memeriksa kenangan-kenangan di masa lalu (4), berusaha membenam kesedihan (5), menerima kenyataan (6), dan melanjutkan kehidupan sebagaimana adanya (7), Pengaruh ritual Niki Paleg telah menjadi kebiasaan dan cara hidup masyarakat asli yang tinggal dikota. Ritual niki paleg dapat terjadi apabila terjadi konflik dalam keluarga, kegagalan dalam usaha/ pekerjaan, serta masalah hubungan cinta muda-mudi orang Dani, oleh karenanya ritual Niki Paleg telah mengalami perluasan makna.
- Ritual Niki Paleg merupakan dampak dari pengaruh budaya warisan leluhur yang dianut masyarakat suku Dani sebagai sebuah penghormatan terhadap leluhur dan ungkapan rasa solidaritas yang sangat tinggi atas kematian orang terkasih dalam keluarga yang direalisasikan dalam bentuk hutang adat.
- Jari dan daun telinga dijadikan simbol utama dalam ritual niki paleg memiliki makna nilai berbagi dan nilai relasi yang tak terputus sampai selamanya terhadap orang yang dianggap terkasih dan tercinta.
- Ritual Niki Paleg bersifat unik yaitu personal dan khas, juga bersifat holistik. Dimana ritual ini berpengaruh pada aspek fisik, mental, spiritual, dan sosial. Ritual Niki Paleg merupakan contoh perwujudan dari studi psikologi indigenous secara ilmiah dan dapat dibuktikan kebenaranya, serta memiliki makna mendalam, nilai, dan kepercayaan tersendiri yang tersirat bagi dunia luar.[6]
Jadi, ketika anda melihat salah satu jari sudah dipotong atau kulit telinga. Anda harus tahu bahwa itu menandakan simbol kasih sayang yang didibayar dengan jari atau telinga yang juga merupakan anggota tubuh yang paling anda burutuhkan dalam aktivitas. Dari tradisi ini nilai plusnya adalah membuat kita belajar bahwa betapa kasih sayang itu nyata adanya. Kasih dan cinta yang mampu memberi apa yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari tubuhnya. Kasih sayang yang mampu membuat kita berpikir akan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan.
Baca juga:
Baca juga:
Catatan: Kalau ada hal lain yang perlu ditambahkan atau dikurangi, tolong tinggalkan komentar. Admin akan segerah menambahkan atau mengurangi. Terima kasih.
Dengan demikian itulah 8 fakta unik seputar tradisi dan budaya suku Dani di Papua. Semoga bermanfaat.
Sumber acuan:
Umar Yelepele dan Moh. Hefni. 2012. “Perkawinan Adat Muslim Suku Dani
di Papua”. Islam Indonesia.Tahun 2013. Vol. 7. No.l.
[3] lihat hlm27
[4] lihat hlm28
[3] lihat hlm27
[4] lihat hlm28
Aditjondro, George . J. 2000. Cahaya Bintang Kejora. Jakarta. ELSAM
[1] Lihat hlm 64
[2] Lihat hlm 283
[2] Lihat hlm 283
Robin Osborne.2001. Kibaran Sampari: Yogyakarta. ELSAM.
[5] Lihat hlm 7
De Fretes Rachel. 2013. “Dukacita Suku Dani dalam Ritual Niki Paleg Suatu Analisis Psikologi Indigenous”. Tesis. Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana.
[6]lihat hlm 88-89
[6]lihat hlm 88-89
Comments
Post a Comment