Percaya atau tidak generasi Papua saat ini hidup dalam situasi yang terobang-abing oleh badai politik yang menyerang Papua dari segala sisi. Situasi itu membuat mereka terus terpuruk dalam tekanan yang selanjutnya turut membunuh mental dan jiwa bersaingnya untuk maju dan menentukan masa depan yang layak.
Mereka bukan hanya dihadapkan pada pilihan untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Papua ataukah bersaing dengan anak-anak muda lain di Indonesia untuk mencapai prestasi yang setingi-tingginya tetapi juga terhadap pilihan apakah mereka harus menjaga tanah nenek moyangnya yang terus dirampas pendatang.
Sementara itu, kenakalan remaja terus menyapu generasi emas di negeri emas yang pada ujungnya berakhir pada pilihan ikut terjerumus ataukah tetap pada pendiriannya sebagai seorang anak muda yang taat pada ketiga norma. Adat, agama dan pemerintah yang tidak memihak. Bukan hanya itu, tetapi banyak pilihan yang datang silih bergati mengikuti arus politik yang terus berubah.
Arus itu bukan hanya membuat anak muda Papua terpuruk, tetapi juga turut melanda tanah Papua serta isinya. Ibarat bola putih yang terus dimainkan di atas meja politik. Pada setiap dobrakannya menyapu dan membubarkan kebersatuhan anak muda Papua yang sejak puluhan tahun dibangun orang tua mereka.
Berbicara tentang anak muda Papua berarti kita bicara tentang keberlangsungan manusia Papua di atas tanah Papua dan juga agar "surga kecil yang jatuh kebumi" itu tidak menjadi antonim yang sangat ngeri untuk disimak.
Jujur selama ini ada satu hal yang kadang membuat Dihaimoma gelisa adalah Anak muda Papua hari ini, adalah penentu kehidupan anak muda Papua yang akan datang. Pilihan anak muda hari ini akan membentuk watak generasi mendatang. Dan karena anak muda hari ini, anak muda esok akan berani dan gagah dalam bertindak.
Berangkat dari penjelasan di atas, berikut ini dihaimoma.com merangkum 5 hal yang membuat anak muda Papua sulit bersaing dengan anak muda lain di Indonesia.
Pertama -Rata-rata anak muda Papua sejak menginjak dewasa bukan hanya perpikir untuk mengenyam pendidikan setingi-tingginya. Mereka dihadapkan pada berbagai pilihan yang terjadi dalam realitas kehidupan masyarakat Papua.
Hutan mereka mulai gundul akibat ilegal loging. Tanah-tanah kelas A dirampas pendatang. Bapak, ibu, serta adik dan kakak mereka terkadang harus diantar paksa tima panas. Ketika pengedar minuman keras dilindungi UU dan peminumnya dibunuh ibarat binatang buruan. Dan ketika mereka bersuara, mereka terus dituduh OPM dan separatis yang pada ujungnya berurusan dengan hukum.
Jadi beban yang dipikul anak muda Papua tidak hanya soal makan dan minum seperti kebanyakan anak muda lainnya di Indonesia. Poin ini menandakan bahwa anak muda Papua sangat berbedah jauh dengan kebanyakan anak muda di Indonesia yang berpikirnya hanya, kuliah, diterima dilapangan pekerjaan, sukses, dan menghidupi keluarga.
Kedua- Kebanyakan anak muda Papua sulit bersaing karena negara membunuh mereka secara psikologis. Kata-kata seperti Papua itu tertinggal, terbelakang, bodok, dan manusia setengah binatang (seperti kasus Yogya belum lama ini). Hal-hal ini menandakan, anak muda Papua tidak hanya dibunuh secara fisik tetapi juga secara psikologis sehingga membunuh jiwa dan mental bersaing mereka.
Poin ini menandakan bahwa anak muda Papua bukan hanya di tekan secara fisik tetapi juga mental dan jiwa. Ya. Situasi ini membuat mereka benar-benar di bunuh dari akarnya.
Lebih lanjut, jika poin ini kita kaitkan dengan anak muda lainnya di Indonesia, maka sangat berbeda. Mereka didik dengan metode pembelajaran yang menyenankan dan tidak ada intimidasi dan diskriminasi seperti kata-kata di atas. Ya. Tugas mereka hanya bersekolah mengejar mimpi.
Dari poin-poin di atas kita dapat bertanya dengan Logika sederhana. Jika Papua tertinggal dan terbelakang. Pertanyaan- Pertanyaan yang harus di jawab adalah (1), kemana Sumber Daya Alam surga kecil yang katanya mampu memberi makan puluhan negara itu? (2), Siapa yang mengolahnya?(3), Di olah dengan sistem siapa sampai anak muda Papua tidak diringankan bebannya? Kondisi ini membuat mereka ibarat tikus mati di atas lumbung padi (4), Sampai kapan pemerintah mampu menghentikan itu?(5) Apakah sumbangam Papua kenegara ini, sebanding dengan apa yang negara ini berikan untuk tanah Papua?
Poin intinya, Papua di aneksasi negara ini karena sumber Daya Alamnya. Bukan karena Manusiaannya. Ya. Pembangunan fisik saja, mulai nampak sedikit sejak tahun 1999. Itupun karena kepanikan negara atas tuntutan kemerdekaan orang Papua.
Ketiga- Di daerah Jawa dan sekitarnya kita ketahui Orang curi singkon dan sendal saja di hukum apa lagi pejual minuman dan penjual togel. Di Papua malah sebalinya, orang yang mencuri SDA Papua, menjual togel, bandar minuman keras, sampai prostitusi di lindungi UU.
Anehnya lagi, orang yang mabuk karena minuman di tembak mati tanpa proses hukum. Bandar togel di Papua selalu di back up TNI & PORLI, bahkan pada tahun 2014 ketika dihaimoma di Nabire. Dihaimoma mendengar dari beberapa masyarakat kalau ada bandar togel terkenal di Nabire yang berstatus sebagai Polisi aktif.
Poin ini ketika kita kaitkan dengan tempat-tempat lain di Indonesia, maka sangat bertolak belakang. Masalah- masalah di atas merupakan tangungjwab pemerintah, terlebih lagi Kepolisian. Dengan demikian para anak mudahnya, hanya berpikir untuk sekolah, kuliah dengan aman, dan mengenyam pendidikan setingi-tingginya.
Kalau di Papua hal-hal ini terkadang menjadi tangungjwab anak muda Papua, tetapi ketika anak muda Papua melakukan tindakan pasti berurusan dengan hukum, bahkan tidak jarang pulah ada yang berakhir di ujung tima panas.
Jadi tangan heran Brow kalau rata-rata anak muda Papua tidak suka dengan kata"Militer" apa lagi menghargai dan menghormati mereka sebagai abdi negara. Pasti harus menunggu ayam beranak dulu, baru hal itu bisa terjadi di tanah Papua.
Hal ini harus terjadi karena rata-rata militer di Papua melihat anak muda Papua ibarat teroris di atas tanah sendiri. Kasus semacam ini dihaimoma pernah mengalaminya sendiri.
Pada tahun 2014 ketika dihaimoma di Jayapura hendak menonton pertandingan persipura melawan salah satu klub di luar Papua. Pada saat Dihaimoam masuk tribum lapangan Mandala, dari tas sampai dengan saku di periksa ketat oleh militer yang berjaga-jaga di situ. Padahal sekitar 20 orang yang tadi mendahului saya, hanya diperiksa luarnya dengan tiga sampai empat kali sentuhan di badan.
Ketika tas sampai dengan satu celana saya diperikasa ketat. Dihaimoma hanya bergurau "awas Pak, ada bom buku dalam tas" sembari tersenyum. Dihaimoma yakin, ada banyak hal serupa bahkan lebih yang menimpa orang Papua oleh ulah oknum anggota militer di Papua yang sok pintar dengan AKyang digantung pada bahunya.
Kempat- Anda harus tahu tangungjwab anak muda Papua tidak sama dengan anak muda lain di Indonesia. Selain itu, tangungjawabnya bukan hanya karena poin-poin di atas. Satu atau dua anak muda Papua yang sukses atau paling tidak menjadi PNS. Ia bukan hanya mengembang tanggung jawab dalam mengatur, memfasilitasi, dan menghidupi keluarganya seperti anak muda lainnya di Indonesia.
Di sana satu anak muda Papua sukses bertangungjawab atas hampir semua garis keturunan kedua orang tuanya. Baik dari pihak mama maupun bapak. Bertanggungjawab bukan hanya dalam bentuk moral dan ungkapan, tetapi juga dalam bentuk materi dan tindakan.
Sederhananya, kalau bicara soal kekayaan. Dihaimoma yakin rata-rata anak muda Papua dua kali lebih kaya dari seorang wali kota di Jawa, tetapi rata-rata orang Papua itu tidak mengenal frasa "pelit harta". Sehingga, harta mereka terkuras oleh besarnya tangungjawab yang mereka embangi. Sebagaimana disingung di atas, perlu dipahami bahwa hal itu dilakukan bukan atas pemaksaan atau tuntutan, tetapi secara naluri kasih itu tumbuh bersama anak muda Papua sejak lahir.
Dalam kondisi semacam ini, jelas membuat anak muda Papua sulit untuk mementingkan dirinya sendiri (kaya), terlebih khusus untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya dan bersangin dengan anak muda lainnya di Indonesia. Ya... karena zaman sekarang, pendidikan dan uang ibarat tubuh dan Jiwa. Tidak dapat kita pisahkan.
Kelima-Anak muda Papua itu jarang mengeluh dan stres seperti anak muda lainnya di Indonesia. Hapir setiap persoalan dibawah santai. Poin ini jika kita kaitkan dengan anak muda lain di Indonesia, tidak ada uang atau masalah kecil saja dibuat ribet dan menjadi perdebatan dan percakapan yang menarik ketika berkumpul. Dalam konteks ini, khusus untuk anak muda Papua kadang anda akan sulit membedakan antara anak muda yang berada dan tidak berada. Soalnya, rata-rata anak muda Papua dalam menghadapi persoalan yang berkaitan dengan berbagai hal selalu dibawa santai. Termasuk juga soal keuangan.
Dari penjelasan panjang dalam artikel ini, anda dapat mengerti sosok anak muda Papua yang terkadang dipandang sangar dan kejam oleh masyarakat non Papua. Sesunggunya, di balik kesangaran fisik yang nampak tersimpan tangungjawab dan beban yang kadang tiga atau empat kali lebih besar dari tubuhnya. Tetapi bagi mereka, persoalan itu akan selalu dibawa santai.
Sampai di sini, bagaimana pendapat anda? Jika anda anak muda Papua apakah ada yang perlu ditambahkan? Atau jika anda non Papua bagaimana pendapat anda tentang anak muda Papua. Tinggalkan komentar anda terhadap isi artikel ini.
Materi ini memang fakta dan perlu disosialisasikan kepada "lebih khusus pemuda asli Papua".
ReplyDeleteTerima kasih.