-->

5 Manfaat Sagu ini, Pasti Membuat Anda Berpikir 50 Kali untuk Menjual Lahan di Papua

2 comments
dihaimoma.com
Ketika anda mendengar frasa “pohon Sagu” pasti yang akan terbayang dibenak anda adalah tumbuhan jenis palem atau yang dalam bahasa ilmiah biasa disebut Metroxylon sagu Rottb. Sedangkan jika kita mendengar kata” Sagu” pasti yang akan terbayang adalah bahan mentah dari makanan pokok masyarakat Papua dan Maluku yang diolah menjadi Papeda. Jika itu yang terpikirkan di benak anda, maka memang benar adanya. Hehehe yang bilang salah siapa? Ya..sudah gan. Kita lanjut saja pembahasannya!

Dari bentuk dan karakteristiknya, tepung sagu serupa dengan tepung tapioka. Secara ekonomis Sagu dikemas dengan daun pisang, daun sagu atau daun kelapa untuk dijual. Selain itu, sagu juga sering dibakar dan diolah menjadi Papeda atau sagu bakar.

Dari penjelasan di atas, secara singkat dapat kita ketahui apa itu Sagu. Berbicara tentang Sagu berarti kita juga berbicara tentang makanan pokok orang Papua yang hendak beranjak punah dirampas perusahan pemilik modal. Sejak dulu, orang Papua di beberapa wilayah hidup dengan sagu maka hari ini sagu dikenal sebagai makan pokok orang Papua. Pertanyaannya, sebagai orang Papua apa anda mengetahui manfaat sagu lebih dari sekedar makanan pokok?

Kalau belum tahu, sangat memalukan. Hehehe maaf gan. Bukan bermaksud mempermalukan, pasalnya Dihai juga belum mengetahuinya, jadi ketidaktahuan itulah yang membuat  saya menulis artikel ini sebagai bahan pembelajaran. Naa sekang kita sama To?

Jika demikian, anda dan saya harus mengetahui manfaatnya. Karena orang Papua dan sagu sama halnya dengan air dan ikan. Artinya, karena sagu dan orang Papua tidak dapat dipisahkan maka tidak ada salahnya Dihai berbagi informasi seputar sagu. N..aaahh, sekarang berikut ini Dihai akan berbagi 5 manfaat sagu yang mungkin belum anda ketahui jadi perlu anda sekatahui. Ingat ee gan. Bukan bermaksud menggurui.

Pertama- Anda harus tahu tidak semua negara dan daerah di dunia ini memiliki hutan sagu dan sagu itu sendiri.

Tidak semua negara diberi anugerah untuk ditumbuhi tanaman sagu.  Lebih dari 95% tanaman sagu dunia hanya dapat ditemui di Indonesia, Papua Nugini, dan Malaysia.[1]. Indonesia merupakan negara beruntung karena sekitar 55% tanaman sagu dunia, tumbuh di sini. Artinya, Indonesia menempati posisi pertama dengan luas 1,5 Juta Ha. Lahan Sagu terluas terdapat di bumi Cenderawasih dengan 1,3 Juta Ha yang terdiri dari Hutan Sagu (Alami) dan Budidaya. Selain  di Papua, sagu juga terdapat di Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jambi, Sumatera Barat (Mentawai) dan Kepulauan Riau.
Berikut ini tabel perkiraan Hutan sagu di Indonesia [2]

Dihaimoma Menulis
Dari data di atas terlihat dengan jelas bahwa Indonesia negara yang beruntung tetapi yang lebih untung masyarakat Papua. Mengapa? Ya karena kita memiliki cadangan sagu yang begitu luas. Data potensi sagu Indonesia saat ini ± 1.250 juta ha dan di Papua ± 1.200 juta ha dan merupakan potensi sagu terbesar di dunia yang dapat dimanfaatkan sebagai industry energy [3].

Sekarang tinggal anda, apakah anda ingin melepaskan lahan sagu untuk para pemodal atau tetap menjangganya untuk generasi mudah kedepan sebagai komoditi lokal yang sejak dulu diwarisi nenek moyang kita.

Kedua -Sagu tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai Papeda untuk dimakan. Dari daun, batan, sampai dengan limbanya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. 

Selain Sagu sebagai makanan pokok. Sejumlah penelitian membuktikan manfaat Sagu. Sagu dapat  diolah mejadi bahan baku industri kosmetik, kertas, bioetanol, pengbungkus kapsul, film kemasan makanan yang biodegradable, dengan kata lain dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi dan bahkan limbahnya dapat dijadikan sebagai biopeptisida maupun kompos. Lebih lanjut, beberapa rumah di Papua khususnya dan umumnya Indonesia Timur memanfaatkan pelepah sebagai dinding, atau pagar ternak. Daunnya digunakan masyarakat sebagai atap rumbia.

Naaa..untuk lebih jelas, tentang hal-hal  yang dapat diproduksi dari Sagu dapat dilihat pada tabel berikut ini [4] (klik dua kali di gambar, untuk melihat secara jelas)
Dihaimoma menulis
Berdasarkan penelitian mengacu pada nilai kalor LHV bahan bakar bietanol dari ampas sagu untuk kadar etanol 80 % adalah 16, MJ/Kg sehingga dapat disimpulkan bahwa biotanol kadar 80% memenuhi syarat pembakaran. Eksperimen dengan menggunakan cone calorimeter laju pelepasan kalor selama proses pembakaran antara 20–45 kW/m2. Hasil pengukuran temperature flame mencapai 450 0C selama kurang lebih 6 menit. Berdasarkan dari hasil eksperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa bioetanol kadar 80 % bisa menjadi bahan bakar alternatif khususnya di daerah yang sulit dijangkau seperti wilayah Papua untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.[5]

Naahh...jangankan yang lain, limbah sagu saja dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Mungkin anda bertanya, kan  masih ada bahan bakar dari fosil? Iya benar tapi, Menurutan The Word EnergyCouncil tahun 2010. Nanti pada tahun 2020 kebutuhan energy dunia akan eningkat dari 8,8 Gtoe (gigatons of oil equivalent) menjadi 11,3 sampai 17,2 Gtoe (IEA, 2006). Perkiraan ini menjadi indikator bahwa minyak bumi Indonesia hanya bertahan dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun lagi.

Bukan hanya itu, sagu juga dapat diolah menjadi roti, biskuit, mie, dan sagu mutiara[6]
Kondisi ini juga akan berdampak pada cadangan minyak di Indonesia dan ketersedian cadangan energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil semakin Berkurang. Hal ini diperparah lagi dengan pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat  dan disertai dengan peningkatan kebutuhan hidup turut berdampak pula pada tingkat  kebutuhan bahan bakar minyak.
Jadi jika kita boleh berandai-andai. Ketika Papua memanfaatkan sagu dengan baik kita dapat menghemat bahan bakar dari fosil.
Ketiga- Taukah anda, sebenarnya sagu sendiri terdiri dari beberapa jenis. Sayangnya, saat ini populasi jenis sagu produktif makin tertekan sebagai akibat persaingan dengan jenis sagu lainnya dan juga karena eksploitasi guna memenuhi kebutuhan pangan. Tanpa kegiatan rehabilitasi atau budi daya, sagu produktif terancam punah di Papua.

Hutan sagu di Papua sangat luas, sedikitnya mencapai 900.000 ha, yang tersebar pada beberapa daerah meliputi Yapen Waropen, Sarmi, Bintuni, Inanwatan, dan daerah lainnya. Kondisi hutan sagu sangat heterogen dalam jenis vegetasi, jenis tanaman, dan struktur tanaman. Saat ini telah diidentifikasi 20 jenis sagu di Sentani, dan 60 jenis sagu di Jayapura, Manokwari, Sorong, dan Merauke. Untuk menjaga eksistensinya, jenis-jenis ini perlu dilindungi melalui kegiatan koleksi plasma nutfah. Masyarakat lokal Papua telah banyak mengetahui teknologi budi daya sagu yang diperoleh secara turun-temurun.

Pengetahuan dan teknologi budi daya tersebut meliputi pemilihan bibit, teknik penanaman, dan teknologi pengolahan hasil sagu. Pengolahan hasil sagu masih secara konvensional dengan menggunakan tenaga manusia. Guna meningkatkan efisiensi pengolahan sagu, telah dirakit pangkur dan alat peremas sagu. Alat ini sudah banyak diadopsi oleh masyarakat pengelola sagu di Wilayah Papua. Aci (papeda) sagu dapat diolah menjadi macam-macam makanan ringan dan memberi peluang bagi berkembangnya industri rumah tangga.[7]

Sampai di sini, anda dan saya mengetahui sebenarnya di Papua bukan hanya terdapat satu jenis sagu tetapi sekitar 80 jenis sagu yang teridetivikasi. Meskipun begitu, beranikah anda bersepakat dengan saya bahwa di Papua masih terdapat ribuan jenis sagu yang belum teridentivikasi? Meski asumsi, saya sepakat. Bagaimana dengan anda?

Keempat - Apakah anda ingin mengetahui potensi sagu di beberapa daerah  Papua? Berikut ini Dihai berbagi potensi sagu yang saya ketahui berdasarkan beberapa penelitian

Berdasarkan hasil hasil penelitian oleh Bambang Haryanto dkk, dengan judul Potensi dan Pemanfaatan Pati Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Sorong Selatan Papua Barat menyimpulkan sebagai berikut:
  • Pertama- potensi sagu di Kabupaten Sorong Selatan mencapai 311,5 ribu ha dengan potensi patinya mencapai 2,9 juta ton per tahun. 
  • Kedua-areal sagu terluas terdapat di distrik Kais sebesar 63,8 ribu ha, Kokoda 61,3 ribu ha, Inanwatan 55,5 ribu ha, Saefi 39,6 ribu ha dan Kokoda utara 34,5 ribu ha. 
  • Ketiga- kerapatan pohon sagu masa tebang setiap ha mencapai (67± 22) pohon dan diameter rata-rata (41,1 ± 2,4) cm dengan tinggi pohon (9,9 ± 2,2) m 
  • Keempat-estimasi produksi sagu di Kabupaten Sorong menggunakan formula Yumte menghasilkan 9,7 ton per ha. 
  • Kelima-data diameter dan tinggi pohon sagu hasil penelitian ini hasilnya berbeda dengan pengukuran yang dilakukan oleh Yumte 
  • Keenam- usulan untuk membuka pasaran pati sagu maka salah satu strateginya adalah setiap pegawai negeri sipil di kabupaten Sorong Selatan mendapatkan jatah sagu setiap bulannya sebesar 10 kg sebagai bentuk implementasi penggunaan bahan baku lokal dalam mendukung ketahanan pangan. 
  • Ketujuh-pemanfaatan potensi sagu ini bila dapat diterapkan di lapangan akan membuka kegiatan ekonomi dan mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Sorong Selatan [8]

Tahukah anda Sagu dapat tumbuh sampai pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut (dpl), namun produksi sagu terbaik ditemukan sampai ketinggian 400 m dpl.Lebih lanjut, jumlah tegakan sagu per hektar menurut stadia tumbuh di Papua dan daerah lain di Papua. Serta luas hamparan sagu menurut kelas kepadatan populasi pada beberapa daerah di Papua dapat dilihat pada kedua tabel berikut.[9]

dihaimoma menulis

Di Kecamatan Sarmi, roporsi hutan sagu dengan kepadatan opulasi tinggi hanya 10,70%. Sedangkan hutan dengan kepadatan populasi sedang dan rendah berturut-turut 35,50% dan 53,80%. Demikian pula di Kecamatan Agats, proporsi tegakan sagu dengan kepadatan populasi tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut adalah 18,90%, 54,50%, dan 26,60%. Kondisi ini cukup mengkhawatirkan, karena tanpa rehabilitasi, proporsi sagu produktif akan menurun karena kalah bersaing dengan sagu nonproduktif. Ditambah pula bahwa tanaman sagu produktif banyak dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan, termasuk kebutuhan pangan bagi masyarakat setempat.

Lebih lanjut, anda dapat mengetahui daerah penyebaran dan luas hutan sagu di Papua dari tabel berikut
Dihaimoma menulis 

Coba anda bayangkan dan renungkan tentang sagu di Papua pada pemaparan di atas. Andai saja, semua itu dikelola dengan baik, dari segi perawatan, pemanfaatan serta proses pengolahannya, makan produktivitasnya dapat memberikan hasil yang memuaskan. Kita bukan saja memanfaatkannya sebagai bahan bakar, tetapi juga menjadi berbagai makanan jadi dan lain-lain.
Sampai di sini Dihai tidak mampu berkata. Hanya ada satu kata. Papua itu kaya. Soalnya, hal ini belum termasuk hasil alam lainya. 

Kelima -Mungkin orang Papua bangga dengan kehadiran Pabrik Sagu Terbesar RI di Papua Barat. Tepatnya di Sorong Selatan, Distrik Kais yang pada tahun 2016 mempekerjakan 40 orang di pabrik dan 400 hingga 600 orang di hutan sagu. Mari kita lihat secara sekilas prosesnya, apakah menguntungkan orang Papua atau tidak?

Perusahan itu mampu mengolah 6.000 tual (batang sagu ukuran 1 meter) dan mampu memproduksi 100 ton tepung sagu per harinya. Dalam 1 tahun, pabrik sagu di tepi Sungai Kais tersebut mampu memproduksi 30.000 ton sagu. Lebih lanjut, Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, nilai investasi pabrik sagu ini mencapai Rp 150 miliar dan menghasilkan profit yang lumayan besar. "Dari total investasi Rp 150 miliar, pabrik sagu Perum Perhutani ditargetkan akan memberikan kontribusi pendapatan ke perusahaan Rp 100 miliar per tahun [10]
 
Artinya, dengan logika sederhana kita dapat bertanya. Jika perusahaan perhutani milik negara tersebut meraup pendapatan sebesar Rp. 100 miliar per tahun, maka  hanya butuh dua setengah tahun untuk melunasi nilai investasi. Selain itu, mengacu pada pembahasan di atas, mengenali nilai kalor LHV bahan bakar bietanol dari ampas sagu untuk kadar etanol 80 % adalah 16, MJ/Kilogram maka bagaimana dengan pengolahan limba dari 100 ton per hari  dari produksi sagu yang dihasilan perusahaan itu yang notabenenya lebih dari 1 kg limba sagu?

Yah.. mereka bukan hanya mengambil sagu saja tetapi limbanya pun dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar. Pada hal dalam produksinya, Perhutani akan membeli batang sagu seharta Rp 9000 pertual tergantung kualitas pohon tersebut kepada masyarakat Papua. Dengan suatu realitas bahwa hutan sagu Papua dapat menghasilkan tepung sagu hingga 900 kilogram perbatang. 

Sampai di sini, agak konyol untuk disimak tapi biar sudah. Yang terpenting dari isi artikel ini, kita sama-sama mengetahui manfaat sagu lebih dari yang kita kenal selama ini. Pertanyaannya, masih beranikah kita merelahkan hutan sagu demi perusahan sagu maupun kelapa sawit yang terus menyapu hutan sagu di Papua? Mari kita menjawab bersama!



Sumber Bacaan:

[1] Freddy Numberi, Sagu, Potensi yang Masih Terabaikan, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2011, hlm 29.(Dikutip oleh, Isnenti Apriani (FWI), dalam Hasil hutan yang diabaikan: sagu nasibmu kini, 2016. Hlm 18)

[2]  beritasatu.com online, selain di Papua pohon sagu juga ada di enam daerah ini. Edisi Selasa, 05 Januari 2016. diakses pada tangal 10 Fbruari 2017 pukul 13.13 wib.

[3] Made Kartika Dhiputra,dkk.2015. Pemanfaatan Ampas Ela Sagu Sebagai Bioetanol untuk
Kebutuhan Bahan Bakar Rumah Tangga di Provinsi Papua, 7-8  hlm 2.

[4]disperindagkepri.org online,Pohon Industri Pengolahan Tanaman Sagu. Diakses pada  10 Fbruari 2017,pukul 13.17 wib.

[5] Made Kartika Dhiputra,dkk.2015. Pemanfaatan Ampas Ela Sagu Sebagai Bioetanol untuk
Kebutuhan Bahan Bakar Rumah Tangga di Provinsi Papua, 7-8  hlm 2.

[6] Ebooki, pakapag. Sagu sebagai bahan pangan. Diakses 10 Februari 2017, melalui kapang.com pukul 13.41

[7] M. Zain Kanro dkk. 2003. Tanaman sagu dan pemanfaatannya di Propinsi Papua:. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua. Jurnal Litbang Pertanian. 22(3) 2013

[8]Bambang Haryanto, dkk.2015. Potensi dan Pemanfaatan Pati Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Sorong Selatan Papua Barat. Jakarta: Pangan, Vol. 24 No. 2 Juni 2015 : 97-106

[9] M. Zain Kanro dkk. 2003. Tanaman sagu dan pemanfaatannya di Propinsi Papua:. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua. Jurnal Litbang Pertanian. 22(3) 2013

[10]kompas.com online, Total Investasi Pabrik Sagu Perhutani di Sorong Mencapai Rp 150 Miliar. Edisi Selasa,  1 Januari 2016. Diakses pada tangal 10 Februari 2017 pukul 15.55 wib.

Related Posts

Comments

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter