-->

10 Fakta Pulau Misool di Raja Ampat Papua Barat yang Belum Anda Ketahui !

Post a Comment

Siapa sih yang tidak mengenal kepulauan Raja Ampat? Kabupaten dengan segudang pesona wisata di dunia yang mampu mencetak rekor sebagai segitika karang dunia. Keindahan Raja Ampat yang eksotis terbukti mampu merebut parhatian dunia, terlebih keindahan di keempat pulau besar yang dimiliki  kabupetan Raja Ampat.

Pulau Misool merupakan salah satu dari 4 pulau besar yang dimiliki kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Pulau ini terletak dibagian Selatan dari jajaran kepulauan Raja Ampat dengan luas wilayah 2.034 km². Pulau Misool terletak di distrik Misool, Kabupaten Raja Ampat. Kota utama di Pulau ini adalah Waigama.

Secara geografis Pulau Misool ini terletak tepat di jalur perdangan yang turut menjadi tempat persinggahan para musafir, agamawan dan pelaut yang datang silih berganti sejak dulu. Masyarakat yang menghuni pulau ini diketahui kontak dengan pulau-pulau yang ada disekitarnya, seperti Pulau Seram, kepulauan Banda, Pulau Buru, Pulau Ambon, dan Pulau Halmahera.

Saat ini Pulau Misool merupakan wilayah segi tiga karang dunia. Perairan Pulau ini menjadi rumah bagi sekitar 75% ikan hias dan juga menjadi jalan lintasan bagi ikan-ikan besar seperti paus dan gurita. Pulau ini bukan hanya memikat dipandang mata kerana keindahan baharinya, tetapi jauh dalam isi perutnya menyimpan kekayaan alam lain seperti minyak bumi dan batu bara yang menjadi stok inversatasi Indonesia untuk masa depan.

Bertolak dari penjelasan di atas ini, Dihaimoma.com merangkum 10 Fakta Seputar Pulau Misool di Raja Ampat Papua Barat yang Belum Anda Ketahui !

1. Pulau Misool Kaya Akan Minyak Bumi


Potensi kandungan minyak dan gas bumi didasarkan dari penafsiran hidrokarbon di Misool, bagian dari cekungan Salawati (Samuel, 1990) yang telah terbukti menghasilkan minyak dan gas bumi. Pada saat ini perusahaan JOB Pertamina-Petro China telah mendapatkan konsesi di Misool Utara hingga Salawati. Potensi ini didasarkan dari data pemboran dari dua sumur di sekitar selatan Kepulauan terdapat adanya indikasi gas pada sumur TBA-2x dengan kedalaman 2.516 m dan sumur TBC-IX kedalaman 2.501 m (Rusmana,1989).[7]

Perusahaan Minyak Indonesia (PERTAMINA) dengan bantuan para ahli dari Jepang telah melakukan pengeboran di laut antara pulau-pulau Salawati di Misool, dan usaha itu memperlihatkan adanya cadangan minyak yang sangat besar [1]

Jadi, disepanjang kepualau ini, bukan hanya terkenal karena keindahan baharinya tetapi juga menyimpan kandungan cadangan minyak dan gas bumi yang begitu berlipah.

2. Banyak Ditemukan Keramik dari Berbagai Negara


Masyarakat di Pulau ini sejak dulu sudah melalukan perdagangan dengan cara menukar hasil bumi dengan barang dari luar, salah satunya keramik.

Bukti-bukti perdagangan keramik dapat diketahui dari temuan fragmen keramik yang ditemukan di beberapa situs di Pulau Misool. Keramik yang diperdagangkan adalah keramik yang berasal dari Cina, Jepang, Eropa, dan Belanda dalam berbagai bentuk, yaitu piring, mangkuk, cepuk dan cerat.

Dari keseluruhan fragmen keramik yang ditemukan, nampaknya keramik dari Cina paling banyak diperdagangakan. Hal ini terlihat dari banyak fragmen keramik yang ditemukan. Kontak perdagangan antara masyarakat Misool dan penduduk dari luar Misool diperkirakan telah terjadi sekitar abad ke-16 atau 17 Masehi atau bahkan mungkin lebih awal. Perlu penelitian yang lebih intensif dan mendalam untuk mengungkapkan hal tersebut [2a]

 3. Ditemukan Sejumlah Benda Bersejarah


Di pulau ini juga menyimpan sejumlah benda arkeolog sepert lukisan dinding, makam kapitan (raja), makam penyebar agama Islam, makam raja-raja Misool, sumur tua, masjid tua, lokasi bekas istana raja, istana raja, bangunan bangunan kolonial (kantor polisi, asrama pegawai Belanda), benteng, keramik utuh peninggalan raja Lilinta, pemukiman tua, naskah khotbah jumat, alat musik Arababu (gambus), batu penyumpahan, fragmen gerabah [2b]. Kalau sobat berwisata kesana, maka sobat bukan hanya berwisata bahari, tetapi juga bisa turut mengunjungi situs-situs bersejarah tesebut.

4.  Agama Islam Merupakan Agama Resmi Kerajaan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Bau Mene menyimpukan empat poin seputar kehadiran agama Islam di Pulau Misool sebagai berikut:

  • Karena tidak di temukan data tertulis yang pasti  atau pun bukti-bukti arkeologi yang dapat dijadikan acuan untuk mengkaji kapan budaya Islam masuk di Misool maka tidak di kethui kapan secara pasti sejak kapan Islam masuk di pulau Misool.
  • Berdasarkan hasil wawancara agama Islam masuk ke Pulau Misool bukanlah dibawa oleh pedagang atau penyiar agama Islam melainkan masyarakat Misool yang keluar ke Banda untuk mencari orang yang mengerti tentang Islam kemudian dibawa ke Misool dan orang itu yang mengajarkan tentang Islam.
  • Setelah agama Islam masuk ke Pulau Misool perlahan-lahan kepercayaan lama ditinggalkan berganti dengan kepercayaan yang baru dan dijadikan sebagai agama resmi kerajaan.
  • Agama Islam di Misool berkembang pesat, terlihat dari banyaknya bangunan-bangunan masjid dan dianutnya agama Islam sebagai agama resmi kerajaan. [3]

5.  Terdapat 2 Kelompok Masyarakat di Pulau Misool


Di pulau Misool terdapat dua suku yang mendiami pulau ini. Suku Ma'ya / Matbat  dan suku Misool yang keduanya hidup saling berdampingan. Dari segi bahasa keduanya mengunakan bahasa yang berbeda. Sedangkan dari segi agama, mayoritas suku Misool beragama Islam, sedangkan suku Matbat  beragama kristen.

      a. Suku  Ma'ya / Matbat


Masyarakat adat yang pertama-tama (indigenous people) mendiami Kepulauan Raja Ampat adalah orang atau suku Ma‟ya. Suku Ma'ya kemudian menyebar dan menempati 4 pulau besar dan sekitar 600 lebih pulau-pulau kecil yang ada di kawasan ini dan di pulau Misool sendiri terdapat sub suku Matbat dan Matlou dan masyarakat aslinya menggunakan bahasa Matbat.

Suku Matbat merupakan suku asli Pulau Misool, yang pada awalnya mendiami daerah pegunungan. Mereka diperkirakan turun dan membuat perkampungan di wilayah pesisir pada masa pemerintahan Belanda sekitar tahun 1940-1950.

Mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam dan meramu sagu. Tetapi sekarang telah terjadi pergeseran mata pencaharian. Mereka mulai menjadi nelayan meskipun bukan sebagai mata pencaharian utama. Kelompok suku Matbat ini dapat ditemui di Kampung Salafen, Atkari, Lenmalas, Folley, Tomolol, Kapatcool, Aduwei, dan Magey.

     b. Suku Misool


Kelompok suku Misool adalah kelompok suku yang bermigrasi ke Pulau Misool sekitar 100 tahun lalu dan merupakan kelompok suku yang telah mengalami percampuran etnis sekian lama sehingga membentuk suatu komunitas suku dengan identitasnya sendiri. Kelompok ini diperkirakan berasal dari Pulau Waigeo, yang oleh beberapa ahli disebut dengan kelompok suku Maya baik orang maupun bahasanya, tetapi mereka juga telah mengalami percampuran dengan kelompok suku dari Kepulauan Maluku seperti Seram, Tobelo, Tidore, dan Ternate.

Hal ini dapat dilihat dari bentuk fisik penduduk suku ini, dan juga dari sejarah suku Misool sendiri. Orang Matbat memanggil orang dari suku Misool dengan sebutan Mat Lou, yang berarti ‘orang pantai’. Bahasa yang digunakan disebut bahasa Misool. Kampung-kampung yang merupakan tempat tinggal suku Misool adalah Waigama, Lilinta, Fafanlap, Gamta, Yellu, Harapan Jaya dan Usaha Jaya. Pada umumnya perkampungan suku Misool sedikit lebih besar dari perkampungan suku Matbat dan jumlah penduduknya juga sedikit lebih banyak dari jumlah penduduk perkampungan suku Matbat.

Seluruh orang dari suku Misool beragama Islam dan telah lama meninggalkan sebagian adat dan kebiasaan suku. Sedangkan orang Matbat mayoritas beragama Kristen dan masih mempertahankan adat istiadat mereka.

Sebagaimana telah dijelaskan, bahasa yang digunakan oleh kedua penganut kebudayaan yang berbeda ini, juga berbeda. Semua orang dari suku Misool menggunakan bahasa Misool dan seluruh orang Matbat menggunakan bahasa Matbat.

Penduduk Matbat di lain pihak dapat menggunakan bahasa Misool untuk berkomunikasi dengan suku tetangga mereka ini, tetapi orang Misool tidak dapat menggunakan bahasa Matbat.

Orang Biga dari suku Biga juga mencirikan pola perkampungan, mata pencaharian dan kebiasaan hidup lainnya yang sama dengan orang Matbat, yaitu mirip dengan kebudayaan Papua. Meskipun demikian, kebudayaan Biga dan Matbat berbeda dibanyak segi. Bahasa kedua suku ini juga sangat berbeda.

Baca juga:

6.  Terdapat Kandungan Batu Bara di pulau Misool


Berdasarkan penelitian Dahlan Ibrahim menyimpulkan 3 poin seputar inventarisasi Batubara di kepulauan Misool.

  • Formasi atau satuan batuan pembawa batubara di daerah ini adalah Satuan Batu gamping Atkari berumur Plio-Plistosen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal paralis dan Satuan Batu napal Kasim berumur Miosen Awal Miosen Tengah namun endapan batubara yang prospek adalah batubara pada Satuan Batugamping Atkari.
  • Terdapat satu lapisan batubara pada Satuan Batu gamping Atkari, yaitu Seam A dengan ketebalan berkisar antara 1,70 m-1,75 m, dengan ciri fisik adalah berwarna hitam, banded dull-banded, keras, kompak, pecahan konkoidal, tampak rootlet di dasar lapisan. Endapan batubara terdapat pada Satuan Batugamping Atkari bagian bawah dan terendapkan pada fase genang laut atau transgresi.
  • Sumber daya batubara di daerah ini adalah sekitar 7,222 juta ton yang diklasifikasikan sebagai sumber daya hipotetik. [5]

7. Alam Menyediakan sumber Pangan Lengkap


Dari hasil penelitain Habiba Macap mengungkap bahwa masyarakat di pulau Misool mengunakan dan memanfaatkan hasil pangan lokal sejak dulu untuk dikonsumsi dan uniknya mereka tidak pernah dilanda musiba kelaparan. Hal itu karena suku ini memiliki tumbuhan pangan yang cukup lengkap dari sumber karbohidrat, vitamin dan mineral serta sumber protein nabati yang sebagian besar berasal dari pekarang dan kebun, maupun protein hewani yang berasal dari hasil laut dan hewan buruan di hutan.

Jadi kelebihan-kelebihan tersebut membuat suku ini tidak bergantung pada pangan beras. Jarang sekali terlihat warga yang membeli bahan makanan untuk dijadikan makanan pokok sehari-hari, hal ini tentunya harus dipertahankan dari arus modernisasi yang masuk dan terus menggeser tumbuhan pangan yang telah ada.

Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan oleh Suku Matbat pulau Misool teridentifikasi sebanyak 63 spesies dari 33 famili. Tumbuhan pangan tersebut sebagian besar merupakan tumbuhan domestikasi yang banyak dibudidayakan dipekarangan dan kebun. Terdapat 15 spesies tumbuhan pangan liar Suku Matbat, dua diantaranya merupakan sumber karbohidrat yaitu sagu (M.sagu) dan kaladi (C.esculenta) yang masih banyak dijumpai liar dan beberapa spesies lainnya yang telah dibudidaya.

Bagian tumbuhan pangan yang digunakan terdiri dari 6 bagian yakni batang, buah, daun, rimpang, umbi, bunga. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah buah (62,31%). Tumbuhan tersebut terbagi kedalam 5 habitus yaitu perdu, liana, semak, herba, dan yang paling banyak yaitu habitus pohon (46,03%).

8. Kaya Akan Komoditi Lokal


Rata-rata jenis komoditi yang diusahakan oleh masyarakat Distrik Misool sama dengan yang diusahakan oleh distrik-distrik lainnya di Kabupaten Raja Ampat seperti ubi, keladi, kelapa, dan coklat. Distrik Misool juga merupakan distrik yang dipilih oleh pemerintah sebagai distrik percontohan untuk tanaman durian dan kakao. Semua produksi dari hasil bercocok tanam ini dipasarkan langsung ke pedagan. Distrik Misool juga merupakan distrik yang mempunyai populasi pohon sagu yang banyak di Kabupaten Raja Ampat. Seperti diketahui sagu merupakan makanan pokok etnis Papua pada umumnya dan Raja Ampat pada khususnya.

Di Distrik Misool terdapat satu kampung, kampung Waigama, yang memiliki lahan kebun yang luas namun tidak berada satu pulau dengan tempat permukiman penduduk. Pemisahan ini terjadi karena tempat permukiman penduduk merupakan daerah berbatu sehingga sangat menyulitkan penduduk untuk bercocok tanam di tempat tinggalnya tetapi karena tingginya minat penduduk Waigama untuk bertani maka mereka rela untuk membuka kebunnya di luar pulau tempat mereka tinggal.

Selain itu distrik Misool Timur Selatan jenis komoditi yang ditanam adalah kelapa, coklat, dan durian di samping komoditi lainnya yang diusahakan untuk konsumsi sendiri seperti ubi, jagung dan pisang. Walaupun sistem pertanian masih secara tradisional namun mereka bisa memperoleh hasil produksi sebesar 5 ton/3 bulan untuk kopra dan kurang dari 1 ton/thn untuk coklat.

Pedagang pengumpul biasanya akan membeli langsung dari masyarakat yang kemudian dijual kembali ke Kabupaten/Kota Sorong. Di Distrik Misool Timur Selatan terdapat satu kampung yang penduduknya bermata pencaharian sebagai penokok sagu, yaitu Kampung Biga. Hasil produksi sagu diperoleh sebanyak 30 tumang/minggu/2-3KK. Jadi bisa dikatakan usaha penokok sagu merupakan kerjasama dari beberapa keluarga. Seperti diketahui bahwa tanaman sagu selain sebagai makanan pokok juga merupakan komoditi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai produk komersial.

9. Wisata Pulau Misool Selatan


Kalau pergi berwisata ke pulau Misool, sobat bukan hanya akan dimajakan oleh keindahan baharinya yang dapat sobat gunakan untuk Jelajah pulau dengan perahu boat, Scuba diving, Snorkeling dan lain-lain tetapi sobat juga akan diajakan oleh bebera peninggalan lainya. Apalagi Saat ini Misool Selatan merupakan satu dari 6 kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) yang tentunya masih terawat dengan rapi dan memesona.

Selain hal-hal di atas ini Di Misool para wisatawan biasanya menikmati keunikan pemandangan goa, pulau-pulau karst, dan melakukan aktivitas penyelaman atau snorkeling. Di beberapa goa yang tersebar di Tomolol terdapat lukisan telapak tangan manusia berukuran besar dan hewan-hewan yang diduga dilukis oleh manusia goa.

Di tempat ini juga terdapat kawasan cagar Alam Pulau Misool Selatan. Sejauh ini tercatat 159 jenis burung, termasuk di antaranya 4 jenis burung cenderawasih, beberapa jenis mamalia, dan 5 jenis kalelawar. Dalam kawasan ini juga terdapat beberapa satwa yang dilindungi, yaitu cenderawasih, kakatua jambul kuning, mambruk, kakatua raja, nuri merah kepala hitam, maleo, bangau putih, kanguru pohon, bandikut (Echymipera kalubu), oposum layang (Petaurus breviceps), walabi hutan (Dorcopsis veterum), dan beberapa jenis kupu-kupu.

10. Hutan Mangrove Terbesar di Raja Ampat


Kawasan Misool dan sekitarnya tersusun atas batuan aluvium litoral. Batugamping Atkari, Openta, Zaag, Facet, Demu, Bogal. Anggota Batunapal Lios. Batupasir Daram. Batulanau Formasi Fafanlap. Formasi Serpih Keskain, Serpih Lilinta dan Yefbi. Batu Malihan Ligu.

Pulau Misool merupakan pulau yang memiliki sebaran mangrove terbesar dengan luas 8.093 ha, kemudian diikuti oleh Pulau Waigeo, Salawati, dan Batanta. Sedangkan Pulau Kofiau merupakan kawasan yang memiliki sebaran mangrove yang lebih sedikit dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, ditemukan 5 jenis mangrove di Pulau Misool bagian utara, yaitu: B. gymnorrhiza, C. tagal, R. apiculata, R. stylosa dan S. alba yang termasuk dalam 2 famili dengan kerapatan pohon rata-rata 570 batang/ha. Jenis mangrove yang dominan di kawasan ini adalah R. apiculata. Komunitas mangrove di Pulau Misool bagian utara didominasi oleh jenis-jenis dari kelompok famili Rhizophoraceae yaitu R. apiculata dan B. gymnorrhiza yang merupakan vegetasi paling menonjol di kawasan ini. Komunitas mangrove di Pulau Misool bagian timur - selatan memiliki zonasi yang relatif lebih seragam.

Dengan demikian itulah ke-10 Fakta seputar Pulau Misool di Raja Ampat Papua Barat yang dapat Dihai bagikan dalam artikel ini. Semoga bermanfaat ya!, terima kasih.



Beberapa  Sumber Acuan:

[1]  Kamma, Ajaib di Mata Kita  Jilid III, (Bekasi : BPK Gunung Mulia, 1949) hlm. 497
.
[2] Bau Mene. 2013. Keramik sebagai komoditas perdagangan di Pulau Misool Kabupaten Raja Ampat. Jayapura: Jurnal Arkeologi. Papua Vol..VNO.1 Juni 20013 [a-b]

[3] Bau Mene. 2012 Pengaru Budaya Islam di Palau Misool Kabupaten Raja Ampat..Jayapura: Jurnal Arkeologi. Papua Th. IV NO.2/Novemver 2012

[4] Paulus Bori. 2014. “Pengelolaan Sumberdaya Karang Berbasis Integrasi Sasi Dengan Konservasi Perairan Modern Di Raja Ampat”. Disertasi. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan hlm 29.

[5] Dahlan Ibrahim.2007.Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Tahun 2007 Pusat Sumber Daya Geologi (Inventarisasi Batubara Marginal Daerah Pulau Misool Provinsi Irian Jaya)

[6]Paulus Bori. 2014. “Etnobotani Pangan Suku Matbat Di Pulau Misool Kabupaten Raja Ampat Papua Barat”.Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2013

[7] Pemerintah Raja Ampat. 2006. Atlas Sumber Daya Pesisir Kabupaten Raja Ampat Provinsi irian Jaya Barat.

Related Posts

Comments

Subscribe Our Newsletter