-->

Siapa Benny Wenda: Sang Diplomat Ulung Papua Merdeka di Inggris

Post a Comment
DMpapuaok

Benny Wenda adalah salah satu tokoh pejuang Papua merdeka yang terus mengganggu ketenangan Jakarta. Kipranya dalam diplomasi kemerdekaan Papua di Panggung politik Internasional telah menempatkannya menjadi salah satu tokoh yang ditakuti Jakarta namun dikagumi orang Papua.

Ia menjadi hama dalam kebun milik Indonesia di Papua tetapi pagar bagi masyarakat dan tanah  Papua. Seperti dua  sisi keping uang logam. Kedua julukan itu melekat padanya. Tergantung dari sisi mana sobat melihat dan dipihak mana sobat berpijak.

Ketika mengacu pada sejarah, kejadian seperti ini sudah lazim dialami berbagai tokoh pejuang kemerdekaan di belahan dunia manapun. Sebut saja Soekarno dan kawan-kawan di mata masyarakat Indonesia dan pemerintah Belanda. Waktu Indonesia berjuang merebut merdeka dari Belanda.

Akan seperti apa hasil perjuangan Benny dan Kawan-kawannya kelak. Tidak ada yang tahu. Biarkan sejarah pula yang melengkapi catatan yang belu tuntas ini.

Lalu, siapasih Benny Wenda dari Papua itu?

Benny merupakan saudara kandung dari  salah satu pemimpin militer TPN/OPM  "Matias Wenda".

 Latar Belakang Benny Wenda 

Benny Wenda lahir di Lembah Baliem pada 17 Agustus 1974. Tapi, di situs resminya Ia menulis lahir sekitar tahun 1970-an. Benny merupakan salah satu putra asli suku Lani di Baliem Papua. Ia menyaksikan langsung kekerasan yang dilakukan militer Indonesia terhadap orang tuanya di wilayah lembah baliem dan sekitarnya. Pada tahun 70-an  itulah ribuan nyawa suku Lani, Yali dan Ndani hilang di tangan militer Indonesia.

Terutama pada tahun 1977 dimana militer Indonesia membom wilayah ini. Perlakuan keji militer Indonesia itu dicatat rapi dalam buku berjudul "Kibaran Sampari" karya Robin Osborne. Berikut salah satu kutipan saya sertakan:

Seorang wartawan Australia yang berusaha memasuki daerah tersebut diberitahu oleh seorang pegawai pemerintah bahwa 900 orang warga yang melawan telah dibunuh.(....) Indonesia lalu melakukan pemboman melalui udara, tindakan yang menunjukkan tidak adanya niat dari pihak Indonesia untuk menyelesaikan masalah Baliem melalui negosiasi.

Di kampung Dila, seorang kepala suku bemama Nalogoan Kibak digorok bagai kambing dan darahnya ditampung dalam sebuah ember. Setelah itu, Letkol Soekemi- komandan militer untuk wilayah Nabire - memaksa para pemuka suku, guru-guru dan pastor yang berada di tempat itu meminum darah tersebut di bawah todongan senjata seperti oleh perampok, tidak seperti layaknya prajurit yang tahu hukum perang (ha l149)

Di tahun-tahun awal aneksasi Papua, kekerasan militer seperti ini bukan hanya terjadi di daerah Baliem tetapi  hampir di seluruh Papua.Tercatat ribuan orang meninggal dan sekiatar 10 ribu lebih orang warga Papua mengunsi ke  negara tentangga, Papua Nugini.

Soal ini sebat bisa baca lebih lanjut:
Seiring berjalannya waktu dan semakin tinggi karir pendidikannya. Ia gencar berjuang untuk merebutkembali hak masyarakat Papua dengan damai. Hak yang direbut Indonesia dengan todongan sejata dan acaman nyawa. Hak yang direbut militer dengan mengantar paksa ratusan ribu nyawa orang Papua.

Luka masa kecil dan semangat juang yang membara mengantarkannya menjadi  Ketua Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka(DMMK) di masa pemerintahan Megawati. Melalui organisasinya, Benny mendukung Presedium Dewan Papua yang waktu itu dijabat Theys Hio Eluwai. Pada masa ini pula, otonomi  khusu Papua sebagai alternatif dari perjuangan kemerdekaan Papua diberikan Jakarta  untuk Papua.

Memasuki tahun 2001 insiden KOPASSUS membunuh ketua  Presidium Dewan Papua, Thyeis Hio Eluwai bersama sopir pribadinya (Jasadnya belum ditemukan hingga kini). Benny tambah vokal menyuarakan kemerdekaan Papua. Akibatnya, Ia kembali dijebloskan dalam penjara pada 6 Juni 2002 di Jayapura. Selama dalam penjara Benny yang dianggap sebagai separatis mendapat perlakuan dan penyiksaan tidak manusiawi.

Pada 24 September 2002 kasusunya kembali disidang. Proses hukum masih terus berlanjut sampai akhirnya pada 27 Oktober 2002 Benny berhasil kabur dari tahanan. Ia membobol pentilasi jeruji dan  melarikan diri ke Papua Nugini. Dari sana dengan bantuan beberapa ELSM Eropa yang bersimpati, Ia melakukan perjalanan ke Inggris dan mendapat suaka politik di negara itu. Bersama anak istrinya menetap di  Inggris, hingga kini masih terus berkampanye Papua merdeka di beberapa negara Eropa Afrika dan Fasifik.

Hitam-putih Perjuangan Benny Wenda 

Berikut ini pembahasan lengkap Hitam-putih Perjuangan Benny Wenda dalam menggalang dukungan masyarakat Internasional. Ia mengkampanyekan pentingnya referendum dan pelanggaran Ham berat di Papua sejak wilayah itu dianeksasi Indonesia sampai saat ini.

1. Kampanye Papua Benny Wenda di Inggris

Benny dibantu partai buru Inggris meluncurkan International Lawyer for West Papua (ILWP) di Houses of Parliament, London, pada15 Oktober 2008 silam. Peluncuran itu dihadiri beberapa tokoh internasional lintas negara. Mulai dari pembicara perwakilan negara Inggris, Vanuatum, Papua Nugini, hingga Unieropa. Setahun kemudian  IPWP beranggotakan 50 orang dari parlemen sejumlah negara seperti Papua Nugini, Australia, Swedia, Selandia Baru, Vanuatu, Republik Ceko, dan Britania Raya. Namum, pemerintah Australia keluar dari keanggotaan ini pada tahun 2012.

Pada tahun  2013  Benny serta anak istrinya  menetap di Inggiris. Pada tahun 2014 Benny berhasil mendirikan Free West Papua Campaign, di Oxford. Pembukaan kantor ini dihadiri Wali kota Oxford, Mohammaed Niaz Abbasi, anggota parlemen Inggris, Andrew Smith, dan walikota sebelumnya, Elise Benjamin.

Kedua lembaga di atas ini dibentuk dengan tujuan untuk berkampanye Papua merdeka secara damai. Ia bertekat menginternasionalisasi persoalan Papua dan menyelesaikannya melalui jalur hukum internasional. Hingga kini ia berhasil membuka mata dunia khususnya soal Ham sampai dengan perjuangan penentuan nasib sendiri dari Rakyat Papua.

Kreativias serta kecerdikannya dalam meyakinkan publik cukup membuakan hasil. Banny tidak hanya bertemu para politisi lintas negara tetapi juga para musisi. Bersama gitar kecil yang selalu menemaninya, Ia serta Istrinya (Maria) dan  anaknya (Koteka Wenda) melunculkan lagu bersama Vocalis Superstar Reggae Afrika, Lucky Dube dan bahkan bertemu langsung dan menyerahkan noken bermotif bitang kejora ke salah satu anak dari Raja Reggae, Julian Marley.

2. Indonesia Mendaftar Benny Wenda Ke Interpol.

    Pada tahun 2011 silam Indonesia memasukkan namanya ke daftar merah Interpol. Pemerintah Indonesia mengeluarkan Red Notice dan Surat Perintah Penangkapan Internasional Bennya Wenda dengan tuduhan melakukan sejumlah pembunuhan dan penembakan di Papua. Namun, pada tahun 2012 namanya dihapus setelah didesak LSM bernaman Fair Trials Internasional alasan pencabutan tersebut karena namanya penuh dengan muatan politik.

    Direktur eksekutif dari pemimpin badan internasional itu,  Jago Russell  menyebut "Indonesia menggunakan Interpol sebagai "alat untuk mengancam kampanye damai Benny". Sejak penghapusan itu, memasuki tahun 2013  Benny serta anak istrinya  menetap di Inggiris hingga kni.

    3. Bertemu Komisi Ham PBB.

    Proses perjuangan panjangan serta pengalamnya dalam pangunggung politik Internasional membentunya menjadi sosok yang memiliki jaringan cukup. Kipranya tersus membuat Jakarta gelisa.

    Pada 7 September 2017 Benny menyerahkan petisi berisi tanda tangan 1,8 juta orang Papua yang mendukung referendum Papua ke salah satu politikus internasional, Jeremy Corbyn di London. Kemudian Benny mengklaim bahwa pada hari Selasa 26 September 2017 petisi itu diserahkan ke tangan ketua dekolonisasi PBB (Komisi C24). Meskipun informasi ini menjadi trending topik di media nasioan dan Internasional. Kebenaran informasinya masih menyisakan pro dan kontra.
    Nampaknya, bagi seorang Politikus seperti Benny, yang penting adalah bukan di terima atau ditolaknnya petisi tersebut tetapi sejauh mana dunia internasional mengetahui persolan Papua yang sejak lama menjadi kangker jinak di tubuh Indonesia.
    Dua tahun kemdian pada hari Jumat 25 Januari 2019 di saat kujungan kehormatan delegasi Vanuatu ke kantor Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia (KTHAM). Pemerintah Vanuatu mempasilitasi Benny untuk menyerahkan petisi tersebut ke Komisioner Tinggi HAM PBB, Michelle Bachelet.

    Pada tahun 2017 lalu sejumlah media Indonesia menyatakan penyerahan petisi yang ditandatangi oleh 1,8 juta rakyat Papua ke komisi dekolonisasi PBB  ditolak oleh Ketua Dewan Dekolonisasi. Namun hingga kini penyerahan itu tetap dianggap masih relevan untuk mendorong Papua Barat masuk dalam daftar dekolonisasi PBB. Kemudian mendorong dorong diselenggarakannya hak menentukan nasib sendiri di Papua.

    Mengapa tidak? Meski dianggap gagal menyerakana petisi itu ke dewan dekolonasi PBB, tahun 2017. Petisi itu tetap masuk ke Dewan Tertinggi Ham PBB pada tahun 2019.

    4.Salah Satu Pendiri/Pemimpin ULMNWP 

    Pada tahun 2014 dibentuk The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) sebagai wadah penyatuan fraksi gerakan kemerdekaan Papua. Badan ini menyatuhkan  tiga organisasi perjuangan di Papua, West Papua National Coalition for Liberation (WPNLCL), di bawah pimpinan  Jacob Rumbiak dan Rex Rumakiek, Negara Federal Republik Papua Barat (NRFPB) diwakili  Okto Mote, Edison Waromi, Markus Haluk, dan Parliament National West Papua (PNWP), di bawah pimpinan Buchtar Tabuni.

    Dari penyatuan itu mengantarkan  Okto Mote dari NRFPBsebagai Sekertaris Jendral. Benny Wenda sebagai Juru Bicara. ULMWP melebarkan sayap diplomasinya ke nagara-negara sekawasan seperti Melanesia Spearhead Group (MSG) dan negara-negara Polynesia. Hasilnya, pada tahun 2016 sebanyak 7 negara di kawasan ini membawa persolan Papua di forum tahunan PBB. Mereka mempertanyakan kekerasan militer Indonesia terhadap orang Papua dan fererundum bagi Papua.

    Pada tahun 2017 terjadi perubahan  struktur di tubuh ULMWP. Benny Wenda dinaikan menjadi Ketua Eksekutif ULMWP, Okto Mote Wakil, Rex Rumakiek sebaga Sekertaris dan Jacob Rumbiak sebagai Juru Bicara. Di legislatif ULMWP, diketua Edison Waromi dan Buchtar Tabuni. Paula Makbory sebagai Bendera dan Andy Ayamseba sebagai anggota.

    5.Indonesia dan Inggris memberi Penghargaan

    Tahun 2019 merupakan momen hujan penghargaan bagi Benny. Pemerintah Indonesia menduganya sebagai dalang kerusuhan di Papua. Kerusuhan yang berwal dari isu rasisme di asrama Papua Surabaya yang merembes ke Papua dan Papua. Benny Di duga memprovokasi isu tersebut melaui penyebaran konten video, foto, dan narasi hoax ke beberapa kerabatnya di Eropa,Asia- Pasifik, dan sebagaian di Afrika.

    Sementara itu di Inggris pada tanggal 17 Juli 2019 Dewan Kota Oxford memberi penghargaan Oxford Freedom of the City Award kepada Benny Wenda sebagai Ketua  (ULMWP). Penghargaan ini pernah diberikan kepada beberapa tokoh dunia yang aktif menyuarakan Ham dan kekerasan seperti, Nelson Mandela dalam Aphartheid Afrika Selatan, Sir Roger Bannister, dan Lord Nuffield. 

    Baca dari situs Resmi: Oxford City Council

    Respon pemerintah Indonesia atas pemberian pengharga ini pun cukup beragam di dalam negeri. Tapi, tanggapan resmi terkait penghargaan itu dapat di baca: Indonesia Mengecam Pemberian Penghargaan kepada Benny Wenda

    Bagaimanapun juga penghargaan itu sudah berada di tanggal Benny dan akan menjadi penyemangat untuk terus berjuang mengekspos Papua dari pembungkapan di dunia Internasional. Sekarang mari kita menunggu, bagaiamana sejarah mengukir kisahnya sendiri.

    Related Posts

    Comments

    Subscribe Our Newsletter